Hotel des Indes adalah hotel yang beroperasi mulai tahun 1856 hingga
tahun 1960 di Weltevreden, Batavia (Jakarta). Di hotel ini ditandatangani
Perjanjian Roem Royen pada 7 Mei 1949.
Hotel ini letaknya berdekatan dengan gedung BTN dan Jalan Jaga Monyet
(kini Jalan Suryopranoto). Dulu di sini terdapat benteng penjagaan. Konon,
karena lebih sering menjaga monyet-monyet yang berkeliaran ketimbang musuh,
dinamakan Jaga Monyet. Maklum pada abad ke-18 daerah ini masih hutan belukar.
Banyak yang menyayangkan kenapa nama Jaga Monyet diganti. Sampai kini mereka
yang berusia lanjut lebih masih mengenal Jaga Monyet daripada Jalan
Suryopranoto.
Hotel terbesar di Batavia yang terletak dekat ujung selatan Molenvliet
West (Jalan Gajah Mada), berdiri di atas tanah seluas 3,1 ha. Semula merupakan
pemukiman pribadi seorang insinyur VOC (1747). De Klerk juga pernah menjadi
pemilik tanah ini pada tahun 1760. Pemerintah kemudian membeli rumah dan
menjadikannya sekolah asrama bagi para gadis (1832). Namun sekolah ini dipindah
ke lokasi lain karena guru wanitanya menikah. (jakarta.go.id)
Hotel des Indes: Hotel des Indes Tahun 1957 |
Hotel ini sebagian besar berdiri di atas lahan milik Reyner de Klerk
(pernah menjadi gubernur jenderal) yang pada 1774 ia jual dan terus berpindah
kepemilikan ke beberapa pembesar Belanda. Akhirnya pada 1829 tempat itu diubah
menjadi Hotel Chaulan seturut dengan nama siempunya, warga Perancis, Surleon
Antoine Chaulan. Kemudian hotel itu berubah nama lagi menjadi Hotel de
Provence, pada 1835 dan kembali berubah nama pada 1851 menjadi Het Rotterdamsch
Hotel (Hotel Rotterdam).
Flashback
Pada tahun 1852, Auguste Emile Wijss membeli Hotel Rotterdam, dari
Chaulan, seharga 40.000 gulden pada 20 April 1852. Pada 1 Mei 1856, Wijjs
menamakan hotel ini sebagai Hotel des Indes atas usulan Douwes Dekker. Pada
tahun 1860 ia menjualnya ke Louis Cressonnier yang memiliki hotel ini hingga
1880. Menurut Alfred Russel Wallace yang berada di Batavia pada tahun 1861,
“Hotel des Indes sangat nyaman, setiap tamu disediakan kamar duduk dan kamar tidur menghadap ke beranda. Di beranda, tamu dapat menikmati kopi pagi dan kopi sore. ... Pada pukul sepuluh disediakan sarapan table d'hôte, dan makan malam mulai pukul enam, semuanya dengan harga per hari yang pantas.”
Hotel des Indes |
John T. McCutcheon menulis pada tahun 1910 bahwa bila dibandingkan dengan Hotel des Indes, semua hotel di Asia berada di bawahnya. Lebih lanjut, ia bercerita tentang kemewahan rijsttafel di hotel ini,
“Anda harus makan siang lebih awal agar ada cukup waktu untuk menikmatinya sebelum makan malam. Makan siang disajikan oleh 24 orang pelayan yang berbaris memanjang, mulai dari dapur hingga ke meja, dan kembali ke dapur dengan berbaris. Setiap pelayan membawa sepiring makanan berisi salah satu lauk dari keseluruhan 57 lauk pauk untuk rijsttafel. Anda mengambil sendiri lauk dengan sebelah tangan hingga lelah, lalu bergantian dengan tangan yang sebelah lagi. Ketika Anda sudah siap makan, piring anda terlihat seperti bunker di padang golf yang dipenuhi nasi.”
Hotel des Indes |
Para tamu di Hotel des Indes menunjukkan tipologi masyarakat campuran.
Mereka duduk bersama untuk saling beradu pendapat di "rumah sementara
mereka" setelah mengunjungi Societeit Harmonie atau tempat lain. Ketika
hotel dimiliki oleh Etienne, selain menyuguhkan evening ice dan memanfaatkan
lapangan di depan hotel untuk pertunjukan sirkus kecil di tahun 1848. Di lantai
bawah terdapat kafe kopi yang dioperasikan Louis Dimier, seorang bekas kepala
rumah tangga di rumah-rumah Belanda di Paris, Brussel, dan London. Sebuah
bangunan di samping kanan hotel merupakan writing rooms yang digunakan untuk
kelas ketika gedung digunakan untuk sekolah pada tahun 1801.
Hotel des Indes: Duta Merlin |
Present
Pada tahun 1971, bangunan hotel dibongkar untuk didirikan Pertokoan
Duta Merlin.
(arkeologi.web.id/jakarta.go.id/Santai
Sejenak/Wikipedia)