Gereja Tugu adalah salah satu gereja tertua di Indonesia terletak di
Kampung Tugu, Jakarta Utara. Secara pasti tidak diketahui kapan mulai dibangun,
tetapi para ahli sejarah menyimpulkan sekitar tahun 1676-1678, bersamaan dengan
dibukanya sebuah sekolah rakyat pertama di Indonesia oleh Melchior Leydecker.
(Wikipedia)
Pembangunan Gereja Tugu dimulai sekitar tahun 1661 yang ditandai dengan
kedatangan orang-orang Portugis di Kampung Tugu. Untuk melayani ibadah
orang-orang Portugis itu, dibangunlah sebuah gereja yang mayoritas bangunannya
terbuat dari kayu pada tahun 1678 oleh Pendeta Melchior Leydecker. Seiring
perjalanan waktu, bangunan gereja itu pun akhirnya mengalami kerusakan.
Kemudian di tahun 1738, oleh Pendeta Dirk Jan Van Der Tijd, dibangun kembali
gereja di lokasi yang sama. (Berita Jakarta)
Gereja Tugu |
Gereja ini terletak di Jalan Raya Tugu, Jakarta Utara dan dibangun pada
tahun 1725 oleh Pendeta Belanda yang bernama Van der Tydt untuk para budak yang
pernah bekerja di Malaka dibawah kekuasaan Portugis. Pada tahun 1742 gereja ini
hancur akibat pemberontakan Cina di Batavia. Dibangun kembali 1747 oleh Father
Maudidts Mohr. (Enjoy Jakarta)
Flashback
Pada tahun 1737 Gereja Tugu dilakukan renovasi yang pertama dibawah
pimpinan pendeta Van der Tydt, dibantu oleh seorang pendeta keturunan Portugis
kelahiran Lisbon yaitu Ferreira d'Almeida dan orang-orang Mardijkers.
(Wikipedia)
Gereja Tugu |
Namun, gereja kedua yang dibangun pun kembali mengalami kerusakan
seiring meletusnya pemberontakan etnis China saat kepemimpinan Gubernur
Jenderal Adriaan Valckenier (1737-1741). Setelah itu, pada tahun 1744, gereja
baru pun didirikan kembali oleh pengusaha kaya asal Belanda, Justinus Vinck.
Pembagunan gereja ketiga inilah yang merupakan bangunan awal Gereja Tugu yang
hingga saat ini masih berdiri kokoh di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara.
(Berita Jakarta)
Gereja Tugu: Geraja Tugu Tahun 1678 |
Present
Sampai saat ini gereja tersebut masih berdiri dan berfungsi sebagai
"GPIB Tugu", walaupun di berbagai sudut sudah banyak yang harus
diperbaiki karena faktor usia. Gereja ini tampak sederhana tetapi tampak kokoh
dan rapi, dengan berisi bangku diakon antik, piring-piring logam, dan mimbar
tua. Lonceng yang ada di gereja tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 1880,
karena lonceng paling tua yang dibuat 1747 sudah rusak dan disimpan di rumah
pendeta di sana.
Seiring perjalanannya, Gereja Tugu hingga kini menjadi daya tarik atau
bahkan telah menjadi ikon Kampung Tugu. Meski bangunannya terlihat sederhana,
namun kesitimewaannya bisa terlihat dari hampir seluruh benda-benda yang
terdapat di dalam gereja yang umurnya mencapai ratusan tahun. Bahkan, sebagian
di antaranya merupakan benda-benda asli bawaan sejak kali pertama Gereja Tugu
berdiri.
Gereja Tugu: Sertifikat Cagar Budaya |
Gereja Tugu di Kampung Tugu saat ini masih berdiri tegak dengan bentuk
bangunannya yang asli meski telah beberapa kali direnovasi. Sepintas, bentuk
bangunannya memang sangat sederhana. Dinding gereja dicat putih, dengan jendela
dan pintu berwarna coklat. Di depan gereja terdapat kuburan, konon, pendiri
Gereja Tugu, Melchior Leydecker, dimakamkan di situ.