Pages

Thursday, October 13, 2011

Gereja Tugu

Gereja Tugu adalah salah satu gereja tertua di Indonesia terletak di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Secara pasti tidak diketahui kapan mulai dibangun, tetapi para ahli sejarah menyimpulkan sekitar tahun 1676-1678, bersamaan dengan dibukanya sebuah sekolah rakyat pertama di Indonesia oleh Melchior Leydecker. (Wikipedia)
Pembangunan Gereja Tugu dimulai sekitar tahun 1661 yang ditandai dengan kedatangan orang-orang Portugis di Kampung Tugu. Untuk melayani ibadah orang-orang Portugis itu, dibangunlah sebuah gereja yang mayoritas bangunannya terbuat dari kayu pada tahun 1678 oleh Pendeta Melchior Leydecker. Seiring perjalanan waktu, bangunan gereja itu pun akhirnya mengalami kerusakan. Kemudian di tahun 1738, oleh Pendeta Dirk Jan Van Der Tijd, dibangun kembali gereja di lokasi yang sama. (Berita Jakarta)
Gereja Tugu
Gereja yang dibangun tahun 1678 tersebut awalnya terbuat dari kayu, namun lama kelamaan rusak dan lapuk. Tahun 1738, gereja diperbaiki dan disebut sebagai Gereja Tugu yang kedua. Lonceng yang dibangun di sisi gereja makin melengkapi penampilan gereja kedua ini. (ARS's Blog)
Gereja ini terletak di Jalan Raya Tugu, Jakarta Utara dan dibangun pada tahun 1725 oleh Pendeta Belanda yang bernama Van der Tydt untuk para budak yang pernah bekerja di Malaka dibawah kekuasaan Portugis. Pada tahun 1742 gereja ini hancur akibat pemberontakan Cina di Batavia. Dibangun kembali 1747 oleh Father Maudidts Mohr. (Enjoy Jakarta)
 Flashback
Pada tahun 1737 Gereja Tugu dilakukan renovasi yang pertama dibawah pimpinan pendeta Van der Tydt, dibantu oleh seorang pendeta keturunan Portugis kelahiran Lisbon yaitu Ferreira d'Almeida dan orang-orang Mardijkers. (Wikipedia)
Gereja Tugu
Pada tahun 1740 gereja Tugu hancur, bersamaan dengan terjadinya peristiwa Pemberontakan Tionghoa (Cina Onlusten) dan pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia, pada masa Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier yang berkuasa di Batavia pada tahun 1737-1741. Kemudian pada tahun 1744 atas bantuan seorang tuan tanah Justinus Vinck gereja ini dibangun kembali, dan baru selesai pada 29 Juli 1747 yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh pendeta J.M. Mohr.
Namun, gereja kedua yang dibangun pun kembali mengalami kerusakan seiring meletusnya pemberontakan etnis China saat kepemimpinan Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier (1737-1741). Setelah itu, pada tahun 1744, gereja baru pun didirikan kembali oleh pengusaha kaya asal Belanda, Justinus Vinck. Pembagunan gereja ketiga inilah yang merupakan bangunan awal Gereja Tugu yang hingga saat ini masih berdiri kokoh di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara. (Berita Jakarta)
Gereja Tugu: Geraja Tugu Tahun 1678
Untuk benda-benda yang terdapat di dalam gereja dan memiliki nilai historis tinggi, lonceng gereja yang terdapat di sisi kanan bangunan gereja. Lonceng itu, telah berumur sekitar tiga abad. Benda lainnya yakni, salib serta mimbar khutbah yang terbuat dari kayu yang sudah ada sejak awal pendirian Gereja Tugu yakni pada tahun 1744.
Present
Sampai saat ini gereja tersebut masih berdiri dan berfungsi sebagai "GPIB Tugu", walaupun di berbagai sudut sudah banyak yang harus diperbaiki karena faktor usia. Gereja ini tampak sederhana tetapi tampak kokoh dan rapi, dengan berisi bangku diakon antik, piring-piring logam, dan mimbar tua. Lonceng yang ada di gereja tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 1880, karena lonceng paling tua yang dibuat 1747 sudah rusak dan disimpan di rumah pendeta di sana.
Gereja Tugu: Sertifikat Cagar Budaya
Seiring perjalanannya, Gereja Tugu hingga kini menjadi daya tarik atau bahkan telah menjadi ikon Kampung Tugu. Meski bangunannya terlihat sederhana, namun kesitimewaannya bisa terlihat dari hampir seluruh benda-benda yang terdapat di dalam gereja yang umurnya mencapai ratusan tahun. Bahkan, sebagian di antaranya merupakan benda-benda asli bawaan sejak kali pertama Gereja Tugu berdiri.
Gereja Tugu di Kampung Tugu saat ini masih berdiri tegak dengan bentuk bangunannya yang asli meski telah beberapa kali direnovasi. Sepintas, bentuk bangunannya memang sangat sederhana. Dinding gereja dicat putih, dengan jendela dan pintu berwarna coklat. Di depan gereja terdapat kuburan, konon, pendiri Gereja Tugu, Melchior Leydecker, dimakamkan di situ.