Adalah Siti Hartinah Soeharto—yang akrab dipanggil Ibu Tien
Soeharto—mempunyai gagasan membangun kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah. Prakarsa itu diilhami
oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang
fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata
bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 ha ini
terletak pada koordinat 6°18′6.8″LS,106°53′47.2″BT. Taman ini merupakan
rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan
sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan
dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, seta menampilkan aneka busana,
tarian dan tradisi daerah. Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah
danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta
gantung, berbagai museum, Teater IMAX Keong Mas, dan Teater Tanah Airku,
berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata
terkemuka di ibu kota.
TMII: Tugu Api Taman Mini |
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak
bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari
satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang
mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang
dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang
mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia. Anjungan
provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur Kepulauan Indonesia,
secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap anjungan menampilkan bangunan
khas setempat. Anjungan ini juga menampilkan baju dan pakaian adat, busana
pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan perabot
sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan. Semuanya ini dimaksudkan
untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup tradisional berbagai suku
bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga dilengkapi panggung,
amfiteater atau auditorium untuk menampilkan berbagai tarian tradisional,
pertunjukan musik daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada
hari Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang
menyajikan berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta dilengkapi
toko cinderamata yang menjual berbagai kerajinan tangan, kaus, dan berbagai
cinderamata.
Dalam sejarahnya, gagasan pendirian TMII dicetuskan oleh Ibu Negara,
Tien Soeharto pada tanggal 13 Maret 1970 dalam sebuah pertemuan di Jalan
Cendana Nomor 8, Jakarta Pusat. Pada waktu itu, Ibu Tien mengutarakan
gagasannya mengenai pendirian suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarkan
kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk miniatur. Setelah gagasan
tersebut mendapatkan persetujuan, akhirnya dimulailah proyek pembangunan Proyek
Miniatur Indonesia Indah yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita dengan
dikeluarkannya SK B-1 04/Pres/8/1971 oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20
Agustus 1971.
Taman Mini Indonesia Indah: Kepulauan Indonesia |
Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati,
dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh
Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud
untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur
Indonesia Indonesia Indah di depan umum. Berbagai saran, tanggapan, dan
pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar
mendukung pembangunan proyek tersebut.
Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto
menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan.
Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.
Taman Mini Indonesia Indah: Musem Purna Bakti Pertiwi |
Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di
atas tanah seluas ±14 ha. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan
lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ±100
ha. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan kota Jakarta di
kemudian hari. Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena dengan lahan
yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah
adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara
bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia
berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung
Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan
penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan. Rancangan bangunan lain, seperti
bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa
Consultants hanya membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.
TMII: Anjungan Sumatera Barat "Rumah Gadang" |
Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat di sekitar
lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat
lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan
selesai.
Pembangunan TMII akhirnya selesai dan diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto
pada tanggal 20 April 1975. Sejak tahun 1990, TMII telah mempunyai logo
berhuruf I dan I, kedua huruf ini mewakili nama Indonesia Indah. Sedangkan
maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra).
Present
Sejak tahun 1975 hingga tahun 2000 rancangan asli TMII terdiri atas
anjungan rumah adat dari 27 provinsi di Indonesia, termasuk Timor Timur. Akan
tetapi setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada
tahun 2002, status anjungan Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur.
Selain itu karena kini Indonesia terdiri atas 33 provinsi, anjungan-anjungan
provinsi baru seperti Bangka Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara,
Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua Barat telah dibangun di sudut Timur Laut
TMII, walaupun ukuran dan luas anjungan provinsi baru ini jauh lebih kecil dari
anjungan provinsi yang telah dibangun sebelumnya.
Taman Mini Indonesia Indah: Maskot TMII "Nitra" (Anjani Putra) |
Sebagai kawasan wisata yang dikonsep secara matang, sejak usia dini
TMII telah mengantongi berbagai penghargaan di bidang pariwisata, baik
penghargaan dari pemerintah daerah maupun lembaga internasional. Penghargaan
ini salah satunya berasal dari Pemerintah DKI Jakarta yang diberikan pada tahun
1976-1978, 1981, 1991-1993, dan 1995. Selain itu, TMII juga
pernah menggondol penghargaan pelestarian kebudayaan Golden Award dari Pacific
Asian Travel Assosiation (PATA) pada tahun 1987. Khusus di bidang pembinaan
industri kecil, TMII juga pernah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah
Republik Indonesia berupa Upakarti Kepeloporan pada tahun 1990.
Karakter TMII sebagai kawasan terpadu tercermin dalam berbagai objek
wisata yang berada dalam satu lokasi. Keterpaduan tersebut tampak sempurna
dengan bercampurnya corak arsitektur tradisional dan modern pada
bangunan-bangunan dan prasarana fisiknya, maupun keutuhan konsep materi pameran
yang ditampilkan, ragam acara, atraksi, maupun bentuk pelayanan dan
kegiatan-kegiatan yang sering diselenggarakan dalam kawasan objek wisata ini.
Selain itu, TMII juga menampilkan keanekaragaman budaya Indonesia sebagai wujud
pelestarian nilai-nilai budaya, tradisi, adat istiadat, upacara, kesenian,
benda-benda budaya, dan olahraga tradisional.
Sebagai kawasan wisata, TMII mempunyai berbagai sarana rekreasi di luar
ruangan (outdoor recreation) dengan
lingkungan hijau yang sangat memadai sehingga dapat menambah pengetahun dan
informasi tentang masyarakat, kebudayaan, dan lingkungan Indonesia dalam suguhan
taman miniatur.
No comments:
Post a Comment