Pages

Wednesday, December 14, 2011

Taman Mini Indonesia Indah

Adalah Siti Hartinah Soeharto—yang akrab dipanggil Ibu Tien Soeharto—mempunyai gagasan membangun kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah. Prakarsa itu diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 ha ini terletak pada koordinat 6°18′6.8″LS,106°53′47.2″BT. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, seta menampilkan aneka busana, tarian dan tradisi daerah. Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, Teater IMAX Keong Mas, dan Teater Tanah Airku, berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu kota.
TMII: Tugu Api Taman Mini
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap anjungan menampilkan bangunan khas setempat. Anjungan ini juga menampilkan baju dan pakaian adat, busana pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan perabot sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan. Semuanya ini dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga dilengkapi panggung, amfiteater atau auditorium untuk menampilkan berbagai tarian tradisional, pertunjukan musik daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada hari Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang menyajikan berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta dilengkapi toko cinderamata yang menjual berbagai kerajinan tangan, kaus, dan berbagai cinderamata.
Flashback
Dalam sejarahnya, gagasan pendirian TMII dicetuskan oleh Ibu Negara, Tien Soeharto pada tanggal 13 Maret 1970 dalam sebuah pertemuan di Jalan Cendana Nomor 8, Jakarta Pusat. Pada waktu itu, Ibu Tien mengutarakan gagasannya mengenai pendirian suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarkan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk miniatur. Setelah gagasan tersebut mendapatkan persetujuan, akhirnya dimulailah proyek pembangunan Proyek Miniatur Indonesia Indah yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita dengan dikeluarkannya SK B-1 04/Pres/8/1971 oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Agustus 1971.
Taman Mini Indonesia Indah: Kepulauan Indonesia
Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur Indonesia Indonesia Indah di depan umum. Berbagai saran, tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek tersebut.
Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.
Taman Mini Indonesia Indah: Musem Purna Bakti Pertiwi
Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di atas tanah seluas ±14 ha. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ±100 ha. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian hari. Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan. Rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.
TMII: Anjungan Sumatera Barat "Rumah Gadang"
Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai.
Pembangunan TMII akhirnya selesai dan diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 20 April 1975. Sejak tahun 1990, TMII telah mempunyai logo berhuruf I dan I, kedua huruf ini mewakili nama Indonesia Indah. Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra).
Present
Sejak tahun 1975 hingga tahun 2000 rancangan asli TMII terdiri atas anjungan rumah adat dari 27 provinsi di Indonesia, termasuk Timor Timur. Akan tetapi setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002, status anjungan Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu karena kini Indonesia terdiri atas 33 provinsi, anjungan-anjungan provinsi baru seperti Bangka Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua Barat telah dibangun di sudut Timur Laut TMII, walaupun ukuran dan luas anjungan provinsi baru ini jauh lebih kecil dari anjungan provinsi yang telah dibangun sebelumnya.
Taman Mini Indonesia Indah: Maskot TMII "Nitra" (Anjani Putra)
Sebagai kawasan wisata yang dikonsep secara matang, sejak usia dini TMII telah mengantongi berbagai penghargaan di bidang pariwisata, baik penghargaan dari pemerintah daerah maupun lembaga internasional. Penghargaan ini salah satunya berasal dari Pemerintah DKI Jakarta yang diberikan pada tahun 1976-1978, 1981, 1991-1993, dan 1995. Selain itu, TMII juga pernah menggondol penghargaan pelestarian kebudayaan Golden Award dari Pacific Asian Travel Assosiation (PATA) pada tahun 1987. Khusus di bidang pembinaan industri kecil, TMII juga pernah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Upakarti Kepeloporan pada tahun 1990.
Karakter TMII sebagai kawasan terpadu tercermin dalam berbagai objek wisata yang berada dalam satu lokasi. Keterpaduan tersebut tampak sempurna dengan bercampurnya corak arsitektur tradisional dan modern pada bangunan-bangunan dan prasarana fisiknya, maupun keutuhan konsep materi pameran yang ditampilkan, ragam acara, atraksi, maupun bentuk pelayanan dan kegiatan-kegiatan yang sering diselenggarakan dalam kawasan objek wisata ini. Selain itu, TMII juga menampilkan keanekaragaman budaya Indonesia sebagai wujud pelestarian nilai-nilai budaya, tradisi, adat istiadat, upacara, kesenian, benda-benda budaya, dan olahraga tradisional.
Sebagai kawasan wisata, TMII mempunyai berbagai sarana rekreasi di luar ruangan (outdoor recreation) dengan lingkungan hijau yang sangat memadai sehingga dapat menambah pengetahun dan informasi tentang masyarakat, kebudayaan, dan lingkungan Indonesia dalam suguhan taman miniatur.

(Taman Mini Indonesia Indah/Soeharto Media Center/Wikipedia/Wisata Melayu)

No comments:

Post a Comment