Pages

Sunday, December 11, 2011

Taman Ismail Marzuki

Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang populer disebut Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan yang berlokasi di Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. TIM juga memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung arsip, dan bioskop.
Acara-acara seni dan budaya dipertunjukkan secara rutin di pusat kesenian ini, termasuk pementasan drama, tari, wayang, musik, pembacaan puisi, pameran lukisan, dan pertunjukan film. Berbagai jenis kesenian tradisional dan kontemporer, baik yang merupakan tradisi asli Indonesia maupun dari luar negeri juga dapat ditemukan di tempat ini.
Taman Ismail Marzuki: Pintu Masuk Taman Ismail Marzuki
Diresmikan pembukaannya oleh Gubernur Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta  Jenderal Marinir Ali Sadikin, tanggal 10 Nopember 1968. Ismail Marzuki (1914-1957), adalah seorang komponis pejuang kelahiran Betawi (Jakarta) yang telah menciptakan lebih dari 200 lagu diantaranya merupakan lagu-lagu perjuangan bangsa yang hingga kini masih sering diperdengarkan. Antara lain, lagu Halo-Halo Bandung, Berkibarlah Benderaku, Nyiur Melambai, Sepasang Mata Bola, dll. Atas jasanya itu, komponis Betawi ini diabadikan namanya untuk penamaan Pusat Kesenian Jakarta yang populer disebut Taman Ismail Marzuki.
Nama pusat kesenian ini berasal dari nama pencipta lagu terkenal Indonesia, Ismail Marzuki.
TIM: Patung Ismail Marzuki
Flashback
Diresmikan pembukaannya oleh Gubernur Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta Jenderal Marinir Ali Sadikin, tanggal 10 November 1968. TIM dibangun di atas areal tanah seluas sembilan hektar. Dulu tempat ini dikenal sebagai ruang rekreasi umum Taman Raden Saleh (TRS) yang merupakan Kebun Binatang Jakarta sebelum dipindahkan ke Ragunan. Pengunjung TRS selain dapat menikmati kesejukan paru-paru kota dan melihat sejumlah hewan, juga bisa nonton balap anjing di lintasan Balap Anjing yang kini berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televisi IKJ. Ada juga lapangan bermain sepatu roda berlantai semen. Fasilitas lainnya ialah dua gedung bioskop, Garden Hall dan Podium melengkapi suasana hiburan malam bagi warga yang suka nonton film. Tetapi sejak 37 tahun lalu suasana seperti itu tidak lagi dapat ditemukan. Khususnya setelah Bang Ali menyulap tempat ini menjadi Pusat Kesenian Jakarta TIM.
TIM sejak berdiri tahun 1968 lalu hingga kini telah menjadi ruang ekspresi seniman yang menyajikan karya-karya inovatif. Pertunjukkan eksperimen, suatu dunia atau karya seni yang sarat dengan dunia ide. Membuka pintu seluas-luasnya bagi ruang berfikir dan berkreasi menuju seni yang berkualitas. Untuk beberapa waktu lamanya harapan muncul suatu karya dalam dunia penciptaan, menjadi kenyataan. Panggung TIM menjadi marak dengan karya-karya eksperimen yang sarat ide. Ini ditandai oleh sejumlah kreator seni yang sempat membuka peta baru di atas pentas. Diantaranya Rendra, pimpinan Bengkel Teater Yogya dari kampung Ketanggungan Wetan Yogyakarta. Awalnya karya Rendra, berupa drama Be Bop atau drama mini kata SSSTTT ditayangkan dilayar kaca TVRI. Menyusul pentas drama klasik Yunani Oedipus Rex, Menunggu Godot, Hamlet dan karya pentas mini kata lainnya.
TIM: Gedung Teater Jakarta
Koregrafer kondang, Sardono W. Kusumo, lewat pentas tari Samgita Pancasona menyuguhkan konsep gerak yang memiliki skala tak terbatas. Balerina terkemuka, Farida Oetojo mewarnai TIM denga karya baletnya yang berani. Slamet Abdul Syukur, yang lama bermukim di Perancis menggedor publik dengan konser piano Sumbat yang membuat penonton terpana. Sutradara teater Arifin C. Noer, Teguh Karya, Suyatna Anirun (Bandung), mempesona publik. Koreografer senior, Bagong Kusudiardjo, Huriah Adam, pelukis Affandi, Trisno Soemardjo, Hendra Gunawan, Agus Djaya, Oesman Effendi, S. Sudjojono, Rusli, Rustamadji, Mustika mengisi TIM dengan karya-karya mereka yang indah dan artistik.
Present
Kejelian Bang Ali dalam mengatur tatanan kota Jakarta menjadi bagian penting dalam sejarah pembangunan kota metropolitan Jakarta sebagai Ibukota negara. Termasuk salah satunya ialah upaya menyatukan para seniman Jakarta dalam satu wadah dengan didirikannya TIM. Mengingat para seniman waktu itu berceceran terpecah-belah oleh kekuatan politik.
Taman Ismail Marzuki: Gedung Teater Jakarta
Sebagai pusat kesenian, di Taman Ismail Marzuki dulunya terdapat aneka gedung dan arena teater: Teater Terbuka, Teater Tertutup, Teater Arena, Teater Kecil. Semuanya kini sudah tergusur teater baru berarsitektur unik dan khas: Grand Theater. Bangunan lama yang masih tersisa: Galeri Cipta, Graha Bhakti Budaya, dan Bioskop 21. Grand Theater sendiri, di masa pemerintahan Guburner Fauzi Bowo sekarang ini, diubah namanya menjadi Teater Jakarta.
Gedung Teater Jakarta memiliki fasilitas berstandar internasional yang dilengkapi mesin hidrolik pada ruang teater sebagai efek pertunjukan, serta beberapa ruangan pendukung lainnya seperti ruang training, produksi serta gudang. Yang menarik gedung ini dilengkapi 10 ruang dressing room dengan toilet, wardrobe, make up station yang mampu menampung 10 orang sekaligus.
Teater Ismail Marzuki: Gedung Teater Budaya
Teater Jakarta akan semakin memanjakan para penikmat seni, pasalnya gedung ini juga dilengkapi dengan fasilitas khusus bagi penderita cacat dengan adanya akses dan toilet khusus bagi para pengguna kursi roda. Tak hanya itu desain kursi elegan dan terdiri dari dua balkon menambah kenyamanan dalam menikmati pertunjukan.
Kemegahan gedung Teater Jakarta terlihat juga dari kapasitas pengunjung pada dua ruang pertunjukan teater kecil dan teater besar. Untuk ruang teater kecil memiliki daya tampung penonton 200 sampai 300 penonton, sementara ruang teater besar yang berada tepat disebelah ruang teater kecil memiliki daya tampung 1.200 penonton.
Tak melulu seni, di Taman Ismail Marzuki terdapat pula Planetarium, simulator observasi luar angkasa. Di kompleks Taman Ismail Marzuki ini pula Institut Kesenian Jakarta berada. Juga ada Pusat Dokumentasi Sastra HB Yasin, Gedung Bhakti Budaya, dan pusat arsip Jayakarta. Dan keberadaan sejumlah cafe di sana membuat Taman Ismail Marzuki juga nyaman untuk jadi tempat bersantai.

No comments:

Post a Comment