Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik
Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis,
kebudayaan, dan faunanya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang
didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.
Saat ini sudah menjadi trend
warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya
berjalan-jalan di seputaran Istana Bogor sambil memberi makan rusa-rusa indah
yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari
petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan
wortel-wortel tersebut setiap hari libur. Seperti namanya, istana ini terletak
di Bogor, Jawa Barat.
Walaupun berbagai kegiatan kenegaraan sudah tidak dilakukan lagi,
khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya
meminta izin ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.
Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 1,
Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa
Barat, sekitar 60 km dari Jakarta atau 43 km dari Cipanas. Istana ini berada di
pusat kota Bogor, di atas tanah berkultur datar, seluas sekitar 28,86 ha, di
ketinggian 290 m dpl.
Istana Kepresidenan Bogor: Istana Bogor |
Berawal dari keinginan orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia (kini
Jakarta) untuk mencari tempat peristirahatan. Karena mereka beranggapan bahwa
kota Batavia terlalu panas dan ramai, sehingga mereka perlu mencari tempat-tempat
yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.
Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff
terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampong Baroe) pada
tanggal 10 Agustus 1744, sebuah wilayah bekas Kerajaan Padjadjaran yang
terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah
tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur
Jenderal.
Istana Bogor dibangun pada bulan
Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan sebuah
rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari
tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim
Palace, kediaman Duke Malborough,
dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring dengan waktu
perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur
Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford
Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. Sehingga
yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana
paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 ha dan luas bangunan 14.892 m².
(Indonesia Travel/Wikipedia)
Setahun kemudian, yaitu pada tahun
1745 Gubernur Jenderal van Imhoff (1745-1750) memerintahkan pembangunan
atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg (bebas masalah/kesulitan) atau
Sans Souci (tanpa kekhawatiran). Beliau
sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di
Inggris. Proses pembangunan gedung dilanjutkan oleh Gubernur Jenderal yang
memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jenderal Jacob Mossel yang masa dinasnya
1750-1761. (Istana Kepresidenan RI/Pemerintah Kota Bogor)
Istana Kepresidenan Bogor: Istana Bogor dan rusa tutul |
Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat
sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti kompeni, di bawah pimpinan Kiai
Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750-1754.
Pada masa Gubernur Jenderal Willem Daendels (1808-1811), pesanggrahan
tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung
maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang
luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari
perbatasan India dan Nepal.
Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen
(1817-1826), dilakukan perubahan besar-besaran. Sebuah menara di tengah-tengah
gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di
sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal
18 Mei 1817.
Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi
mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak
berat.
Istana Kepresidenan Bogor: Salah satu ruangan dalam istana |
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van
Twist (1851-1856), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian
dengan mengambil arsitektur eropa abad IX, bangunan baru satu tingkat
didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan
penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat
dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada
masa kekuasaan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856-1861).
Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg
ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda.
Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda
van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada
Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.
Akhir Perang Dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian
Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat (BKR) sempat
menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana
Buitenzorg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan
kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa
kemerdekaan , Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia
pada bulan Januari 1950.
Tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu
dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya
mencapai sekitar 10 ribu orang.
Istana Kepresidenan Bogor: Rusa Tutul |
Kemudian, 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan
tahunan menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana
diterbitkanlah Deklarasi Bogor. Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara
anggota APEC untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi sebelum tahun
2020.
Present
Bangunan induk istana berfungsi untuk menyelenggarakan acara kenegaraan
resmi, pertemuan, dan upacara. Sayap kiri bangunan yang memiliki enam kamar
tidur digunakan untuk menjamu tamu negara asing. Sayap kanan bangunan dengan
empat kamar tidur hanya diperuntukan bagi kepala negara yang datang berkunjung.
Pada tahun 1964 dibangun khusus bangunan yang dikenal dengan nama Dyah Bayurini
sebagai ruang peristirahatan presiden dan keluarganya, bangunan ini termasuk
lima paviliun terpisah. Kantor pribadi Kepala Negara, Perpustakaan, Ruang
makan, Ruang sidang menteri-menteri dan ruang pemutaran film, Ruang Garuda
sebagai tempat upacara resmi, Ruang teratai sebagai sayap tempat penerimaan
tamu-tamu negara.
Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun besar, yang
dikenal sebagai Kebun Raya Bogor namun sesuai dengan kebutuhan akan pusat
pengembangan ilmu pengetahuan akan tanaman tropis, Kebun Raya Bogor dilepas
dari naungan istana pada tahun 1817.
Banyak barang asli turun temurun yang berada di Istana Bogor rusak,
hancur, atau hilang pada masa Perang Dunia II. Karena itu, seluruh karya seni
dan perabotan klasik yang berada di Istana Bogor bermula dari awal tahun 1950.
Istana Kepresidenan Bogor: Istana Bogor |
Koleksi-koleksi karya seni dan dekorasi internasional banyak berasal
dari hadiah negara-negara asing, yang memberikan aksen mewah di Istana Bogor.
Salah satunya adalah tempat penyangga lilin crystal
bergaya Bohemian dan karpet langka
dari Persia yang melapisi lantai ruang utama di Istana Bogor.
Koleksi mahakarya seni istana meliputi 450 lukisan, di antaranya adalah karya pelukis Indonesia Basuki
Abdullah, pelukis Rusia Makowski, dan Ernest Dezentjé. Susunan lantai keramik
mewah yang tersebar di istana. Salah satu dari koleksi keramik yang paling
mengesankan, berasal dari Rusia, sumbangan dari Perdana Menteri Khrushchev di
tahun 1960.Hadiah hadiah kenegaraan, di antaranya adalah tengkorak harimau
berlapis perak, hadiah dari Perdana Menteri Thanom Kittikachorn dari Thailand
pada tahun 1958. (Indonesia Travel)
Di samping lukisan dan patung, Istana Bogor juga mengoleksi keramik sebanyak
196 buah. Semuanya tersimpan di museum istana, di samping yang dipakai sebagai
pemajang di setiap ruang/bangunan istana.
Istana Kepresidenan Bogor mempunyai koleksi buku sebanyak 3.205 buah
yang daftarnya tersedia di kepustakaan istana. Istana ini menyimpan banyak
benda seni, baik yang berupa lukisan, patung, serta keramik dan benda seni
lainnya. Hingga kini lukisan yang terdapat di istana ini adalah 448 buah, dimana judul/nama lukisan
itu, pelukisnya, tahun dilukisnya, tersedia dalam bentuk daftar sehingga memudahkan
siapa saja yang ingin memperoleh informasi tentang lukisan tersebut. Begitu
pula halnya dengan patung dengan aneka bahan bakunya. Di istana ini terdapat
patung sebanyak 216 buah. (Wikipedia)
Istana bogor juga memajang sekitar 346 jenis pepohonan, patung-patung
yang cantik, seperti Si Denok karya Trubus, yang modelnya adalah Ara, istri
seorang karyawan Istana Bogor serta The
Hand of God, reproduksi dari Swedia.
No comments:
Post a Comment