Pages

Wednesday, February 1, 2012

Benteng Speelwijk

Mengunjungi kawasan wisata Banten lama memang boleh dibilang dengan kunjungan kebudayaan Banten tempo dulu yang sarat dengan nuansa Islam. Tapi tidak hanya itu, di kawasan ini juga terdapat sebuah peninggalan Belanda berupa reruntuhan benteng yang dikenal dengan nama Speelwijk. Adanya beberapa makam dengan bentuk khas eropa disekitar benteng semakin melengkapi budaya barat tempo dulu di objek misata ini.
Terletak sekitar 500 m dari Masjid Agung Banten, di Kampung Pamarican terdapat Benteng Speelwijk. Bangunan ini adalah simbol kekuasaan kolonialisme Belanda, sekaligus penanda berakhirnya era kejayaan Kesultanan Banten. Benteng yang arsitektunya dirancang oleh Hendrick Loocaszoon Cardeel itu dibangun belanda pada masa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar (1672-1684). Pembangunan Benteng ini membutuhkan waktu 4 tahun, yakni 1681-1684. (Liburan.info)
Benteng Spellwijk
Benteng Speelwijk terletak di Kampung Pamarican dekat Bandar Pabean, sekitar 600 m disebelah barat laut Keraton Surosowan, Berdena persegi panjang tidak simetris, dan pada setiap sudutnya terdapat bastion. Tembok benteng ini masih utuh tetapi sebagian sudah mengalami perusakan. Benteng ini didirikan pada tahun 1585 oleh Belanda atas reruntuhan sisi utara tembok keliling kota Banten. Dibagian luar benteng terdapat parit buatan yang mengelilinginya. (Disbudpar Banten)
Flashback
Sejarah panjang Kesultanan Banten sangatlah mempesona, hiruk pikuk perjuangan masyarakat setempat untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan sebagai manusia dan bangsa menjadi suatu hal yang agung. Tahun 1525 menjadi tonggak berdirinya Kesultanan Banten dengan dipindahkannya pusat pemerintahan dari Banten Girang yang berhasil ditaklukkan ke daerah pesisir (Kecamatan Kasemen sekarang). Banten Girang merupakan wilayah kadipaten dari Kerajaan Padjadjaran di Pakuan (Bogor sekarang). Sejarah juga mencatat bagaimana gigihnya perjuangan rakyat Banten melawan VOC pada masa yang silam, Sultan silih berganti terus mempertahankan bumi Banten dari blokade dan serbuan tentara VOC hingga keruntuhannya akibat politik adu dombanya.
Benteng Spellwijk: Makam Orang-Orang Belanda di Sebelah Timur Benteng
Tahun 1684-1685 dibangunlah Benteng VOC di Banten yang merupakan reruntuhan dari Benteng Kesultanan Banten yang dihancurkan pada saat penyerbuan dan didirikan kembali setelah dapat dikuasai oleh VOC. Berdirinya benteng ini menjadi tonggak runtuhnya Kesultanan Banten yang dibangun sejak tahun 1525, walaupun tetap keberadaan Kesultanan Banten tetapi praktis tidak memiliki kedaulatan secara penuh terhadap sistem pemerintahan, dan perekonomian masyarakatnya, seluruhnya sudah diatur dan dikendalikan oleh VOC. (Cerita Banten/Raddien)
Dari sejarah yang ada, benteng ini didirikan pada tahun 1682 dan telah mengalami perluasan pada tahun 1685 dan 1731. Berfungsi untuk mengontrol segala kegiatan yang berkaitan dengan kesultanan banten dan juga sebagai tempat berlindung/bermukim bagi orang Belanda. Dengan adanya benteng ini semakin mengokohkan posisi Belanda dalam usahanya memonopoli perdagangan merica yang berasal dari Lampung Selatan untuk kemudian dijual lagi kepada pedagang-pedagang asing yang berasal dari Cina, Malaysia, Arab, India, dan Vietnam. (Liburan.info)
Benteng Spellwijk: Penemuan Sisa dan Bekas Gereja di Kompleks Benteng
Nama Speelwijk diambil untuk menghormati Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-14, yakni Cornelis Janszoon Speelman yang memerintah antara tahun 1681-1684. Speelman meminta izin kepada Sultan Qohhar membangun Benteng dangan alasan untuk mengantisipasi serangan rakyat Banten yang benci kepada Belanda. Terutama orang-orang Banten pengikut Sultan Agung Tirtayasa.
Benteng ini dibangun dengan material tiga jenis, yaitu batu kali, batu karang, dan batu bata yang direkatkan menggunakan semacam semen. Bagian bawah bangunan terbuat dari batu cadas atau karang, sedangkan atasnya terdiri dari batu bata. Kontruksi bangunan ini sangat mirip dengan kontruksi bahan yang digunakan untuk membangun istana Kesultanan Surosowan dan Istana Kaibon, hal ini memberikan teori bahwa pada saat VOC membangun kembali benteng pertahanan Kesultanan yang dihancurkan pada saat penyerbuannya dibangun kembali dengan mempergunakan material yang sama dan tentunya mempergunakan rakyat Banten sebagai tenaga kerjanya juga. (Raddien)
Benteng Spellwijk
Benteng Speelwijk dibangun dengan tidak mengerahkan tenaga rakyat Banten, melainkan orang-orang Cina dengan upah yang sangat rendah. Dinding Benteng terbuat dari campuran batu, pasir dan kapur, berdiri tegak setinggi 3 m. Dikelilingi parit selebar 10 m, dengan maksud agar sulit ditembus musuh yang menyerang Benteng ini. (Cerita Banten)
Present
Kini benteng tersebut tinggal reruntuhan, yang mengingatkan pada generasi sekarang dan masa yang akan datang bahwa di bumi tercinta ini pernah berkuasa penuh sebuah negara Eropa (Belanda) dengan terlebih dahulu menghancurkan masyarakat setempat bila melakukan perlawanan dan tidak mau mengikuti kemauannya. Sisa-sisa bangunan yang kokoh masih tampak hingga sekarang walaupun hanya sedikit yang terlihat masih utuh, sebagaian besar merupakan bagian-bagian pondasinya saja.
Tetapi masih tampak jelas sisa-sisa bangunan berupa rumah komandan, gereja, kamar senjata, kantor administrasi, toko kompeni, dan kamar dagang. Di atas dinding bagian utara dapat dilihat ruang intip yang berfungsi sebagai tempat mengamati musuh bagi prajurit Belanda. Dibagian barat laut dan barat daya benteng terdapat bungker (ruang bawah tanah) yang dihubungkan dengan lorong.
Benteng Spellwijk: Batu Nisan Sebuah Kuburan Cina
Sangat disayangkan keberadaan benteng kini, walaupun ini merupakan sisa-sisa benteng penjajah, tetapi tetap saja menorehkan sejarah yang sangat berarti. Pos informasi yang pernah dibangun oleh pemerintah daerah kini sudah tidak berpenghuni dan rusak parah, papan informasi yang dulu pernah ada pun telah hilang raib entah kemana. Areal dalam benteng kini berdiri tiang gawang yang selalu dijadikan arena bermain sepak bola oleh masyarakat setempat. Benteng ini telah ada 300 tahun lebih, tidak tahu akan berapa tahun lagi keberadaannya masih ada bila tidak dikelola secara baik. Kotor, kumur, dan sangat tidak terawat, sangat jelas ada upaya-upaya untuk mengambil bagian-bagian material tembok benteng yang mungkin dipergunakan sebagai kenang-kenangan. Kalau hal ini dibiarkan saja tentunya akan menghabiskan bangunan benteng.
Sekeliling benteng terdapat parit-parit sebagai celah pertahanan benteng di bagian luar, kini lebarnya kurang lebih 4 m dengan kedalaman yang dangkal saja. Diperkirakan biasanya parit pertahanan ini pada waktu dahulu tentunya sangat lebar dan dalam sehingga tidak sembarangan orang dapat mendekati benteng tersebut. Masih terdapat pepohonan yang sudah sangat tua umurnya, memberikan arti sendiri saat mengamati bagian luar benteng. Seperti terdapatnya pemakaman ala orang Eropa dengan diberikan bangunan permanen atau tembok untuk mengingatkan siapa yang dimakamkan tersebut, hingga kini masih sangat jelas terlihat.
Di dalam lingkungan benteng, masih terdapat bagian pondasi dari sisa-sisa bangunan yang mungkin dipergunakan sebagai perkantoran atau tempat tinggal, sedangkan di sisi barat masih berdiri kokoh bangunan yang berupa lorong-lorong gelap, konon dulunya dipergunakan sebagai tempat tahanan, penyimpanan senjata, dan logistik. Pada bagian atas bangunan inilah meriam-meriam diletakkan sebagai pertahanan utama benteng. Moncong meriam yang diarahkan langsung ke arah lautan (Teluk Banten), kini jaraknya sangat jauh dari lautan walaupun masih tampak jelas bila dilihat dari atas. Menurut sejarah yang tercatat sebenarnya garis pantai dahulu tidak terlalu jauh dari benteng ini, saat ini mungkin terjadi pengendapan sehingga garis pantai mundur ke arah laut lepas.

No comments:

Post a Comment