Mengunjungi kawasan wisata Banten lama memang boleh dibilang dengan
kunjungan kebudayaan Banten tempo dulu yang sarat dengan nuansa Islam. Tapi
tidak hanya itu, di kawasan ini juga terdapat sebuah peninggalan Belanda berupa
reruntuhan benteng yang dikenal dengan nama Speelwijk. Adanya beberapa makam
dengan bentuk khas eropa disekitar benteng semakin melengkapi budaya barat tempo
dulu di objek misata ini.
Terletak sekitar 500 m dari Masjid Agung Banten, di Kampung Pamarican
terdapat Benteng Speelwijk. Bangunan ini adalah simbol kekuasaan kolonialisme
Belanda, sekaligus penanda berakhirnya era kejayaan Kesultanan Banten. Benteng
yang arsitektunya dirancang oleh Hendrick Loocaszoon Cardeel itu dibangun
belanda pada masa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar (1672-1684).
Pembangunan Benteng ini membutuhkan waktu 4 tahun, yakni 1681-1684. (Liburan.info)
Benteng Spellwijk |
Benteng Speelwijk terletak di Kampung Pamarican dekat Bandar Pabean,
sekitar 600 m disebelah barat laut Keraton Surosowan, Berdena persegi panjang
tidak simetris, dan pada setiap sudutnya terdapat bastion. Tembok benteng ini
masih utuh tetapi sebagian sudah mengalami perusakan. Benteng ini didirikan
pada tahun 1585 oleh Belanda atas reruntuhan sisi utara tembok keliling kota
Banten. Dibagian luar benteng terdapat parit buatan yang mengelilinginya.
(Disbudpar Banten)
Sejarah panjang Kesultanan Banten sangatlah mempesona, hiruk pikuk
perjuangan masyarakat setempat untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan
sebagai manusia dan bangsa menjadi suatu hal yang agung. Tahun 1525 menjadi
tonggak berdirinya Kesultanan Banten dengan dipindahkannya pusat pemerintahan
dari Banten Girang yang berhasil ditaklukkan ke daerah pesisir (Kecamatan
Kasemen sekarang). Banten Girang merupakan wilayah kadipaten dari Kerajaan
Padjadjaran di Pakuan (Bogor sekarang). Sejarah juga mencatat bagaimana
gigihnya perjuangan rakyat Banten melawan VOC pada masa yang silam, Sultan
silih berganti terus mempertahankan bumi Banten dari blokade dan serbuan
tentara VOC hingga keruntuhannya akibat politik adu dombanya.
Benteng Spellwijk: Makam Orang-Orang Belanda di Sebelah Timur Benteng |
Tahun 1684-1685 dibangunlah Benteng VOC di Banten yang merupakan
reruntuhan dari Benteng Kesultanan Banten yang dihancurkan pada saat penyerbuan
dan didirikan kembali setelah dapat dikuasai oleh VOC. Berdirinya benteng ini
menjadi tonggak runtuhnya Kesultanan Banten yang dibangun sejak tahun 1525,
walaupun tetap keberadaan Kesultanan Banten tetapi praktis tidak memiliki
kedaulatan secara penuh terhadap sistem pemerintahan, dan perekonomian
masyarakatnya, seluruhnya sudah diatur dan dikendalikan oleh VOC. (Cerita
Banten/Raddien)
Dari sejarah yang ada, benteng ini didirikan pada tahun 1682 dan telah
mengalami perluasan pada tahun 1685 dan 1731. Berfungsi untuk mengontrol segala
kegiatan yang berkaitan dengan kesultanan banten dan juga sebagai tempat
berlindung/bermukim bagi orang Belanda. Dengan adanya benteng ini semakin
mengokohkan posisi Belanda dalam usahanya memonopoli perdagangan merica yang
berasal dari Lampung Selatan untuk kemudian dijual lagi kepada
pedagang-pedagang asing yang berasal dari Cina, Malaysia, Arab, India, dan Vietnam.
(Liburan.info)
Benteng Spellwijk: Penemuan Sisa dan Bekas Gereja di Kompleks Benteng |
Nama Speelwijk diambil untuk menghormati Gubernur Jenderal Hindia
Belanda yang ke-14, yakni Cornelis Janszoon Speelman yang memerintah antara
tahun 1681-1684. Speelman meminta izin kepada Sultan Qohhar membangun Benteng
dangan alasan untuk mengantisipasi serangan rakyat Banten yang benci kepada
Belanda. Terutama orang-orang Banten pengikut Sultan Agung Tirtayasa.
Benteng ini dibangun dengan material tiga jenis, yaitu batu kali, batu
karang, dan batu bata yang direkatkan menggunakan semacam semen. Bagian bawah
bangunan terbuat dari batu cadas atau karang, sedangkan atasnya terdiri dari
batu bata. Kontruksi bangunan ini sangat mirip dengan kontruksi bahan yang
digunakan untuk membangun istana Kesultanan Surosowan dan Istana Kaibon, hal
ini memberikan teori bahwa pada saat VOC membangun kembali benteng pertahanan
Kesultanan yang dihancurkan pada saat penyerbuannya dibangun kembali dengan
mempergunakan material yang sama dan tentunya mempergunakan rakyat Banten
sebagai tenaga kerjanya juga. (Raddien)
Benteng Spellwijk |
Benteng Speelwijk dibangun dengan tidak mengerahkan tenaga rakyat
Banten, melainkan orang-orang Cina dengan upah yang sangat rendah. Dinding
Benteng terbuat dari campuran batu, pasir dan kapur, berdiri tegak setinggi 3 m.
Dikelilingi parit selebar 10 m, dengan maksud agar sulit ditembus musuh yang
menyerang Benteng ini. (Cerita Banten)
Present
Kini benteng tersebut tinggal reruntuhan, yang mengingatkan pada
generasi sekarang dan masa yang akan datang bahwa di bumi tercinta ini pernah
berkuasa penuh sebuah negara Eropa (Belanda) dengan terlebih dahulu
menghancurkan masyarakat setempat bila melakukan perlawanan dan tidak mau
mengikuti kemauannya. Sisa-sisa bangunan yang kokoh masih tampak hingga
sekarang walaupun hanya sedikit yang terlihat masih utuh, sebagaian besar
merupakan bagian-bagian pondasinya saja.
Tetapi masih tampak jelas sisa-sisa bangunan berupa rumah komandan,
gereja, kamar senjata, kantor administrasi, toko kompeni, dan kamar dagang. Di
atas dinding bagian utara dapat dilihat ruang intip yang berfungsi sebagai tempat mengamati musuh bagi prajurit
Belanda. Dibagian barat laut dan barat daya benteng terdapat bungker (ruang
bawah tanah) yang dihubungkan dengan lorong.
Benteng Spellwijk: Batu Nisan Sebuah Kuburan Cina |
Sangat disayangkan keberadaan benteng kini, walaupun ini merupakan
sisa-sisa benteng penjajah, tetapi tetap saja menorehkan sejarah yang sangat
berarti. Pos informasi yang pernah dibangun oleh pemerintah daerah kini sudah
tidak berpenghuni dan rusak parah, papan informasi yang dulu pernah ada pun
telah hilang raib entah kemana. Areal dalam benteng kini berdiri tiang gawang
yang selalu dijadikan arena bermain sepak bola oleh masyarakat setempat.
Benteng ini telah ada 300 tahun lebih, tidak tahu akan berapa tahun lagi
keberadaannya masih ada bila tidak dikelola secara baik. Kotor, kumur, dan
sangat tidak terawat, sangat jelas ada upaya-upaya untuk mengambil
bagian-bagian material tembok benteng yang mungkin dipergunakan sebagai
kenang-kenangan. Kalau hal ini dibiarkan saja tentunya akan menghabiskan bangunan benteng.
Sekeliling benteng terdapat parit-parit sebagai celah pertahanan
benteng di bagian luar, kini lebarnya kurang lebih 4 m dengan kedalaman yang
dangkal saja. Diperkirakan biasanya parit pertahanan ini pada waktu dahulu
tentunya sangat lebar dan dalam sehingga tidak sembarangan orang dapat
mendekati benteng tersebut. Masih terdapat pepohonan yang sudah sangat tua
umurnya, memberikan arti sendiri saat mengamati bagian luar benteng. Seperti
terdapatnya pemakaman ala orang Eropa dengan diberikan bangunan permanen atau
tembok untuk mengingatkan siapa yang dimakamkan tersebut, hingga kini masih
sangat jelas terlihat.
Di dalam lingkungan benteng, masih terdapat bagian pondasi dari
sisa-sisa bangunan yang mungkin dipergunakan sebagai perkantoran atau tempat
tinggal, sedangkan di sisi barat masih berdiri kokoh bangunan yang berupa
lorong-lorong gelap, konon dulunya dipergunakan sebagai tempat tahanan,
penyimpanan senjata, dan logistik. Pada bagian atas bangunan inilah
meriam-meriam diletakkan sebagai pertahanan utama benteng. Moncong meriam yang
diarahkan langsung ke arah lautan (Teluk Banten), kini jaraknya sangat jauh
dari lautan walaupun masih tampak jelas bila dilihat dari atas. Menurut sejarah
yang tercatat sebenarnya garis pantai dahulu tidak terlalu jauh dari benteng
ini, saat ini mungkin terjadi pengendapan sehingga garis pantai mundur ke arah
laut lepas.
No comments:
Post a Comment