Pages

Wednesday, October 26, 2011

Gedung Arsip Nasional

Di Jalan Gajah Mada yang begitu padat dengan pertokoan dan gedung-gedung bertingkat yang saling berhimpit seakan tidak mau menyisakan ruang sedikitpun, ada sebuah bangunan yang cukup mencolok. Bangunan tersebut memiliki halaman yang sangat luas, berdiri tegar dengan gaya arsitektur Renaissance yang anggun dan artistik. Bangunan ini bernama Gedung Arsip Nasional.
Bangunan Arsip Nasional ini dibangun pada tahun 1760 oleh Reiner de Klerk (1710-1750) saat ia masih menjabat anggota dewan Hindia Belanda, selain sebagai arsitek gedung ini Reiner de Klerk juga tercatat sebagai gubernur Jendral VOC pada tahun 1777. Saat itu kawasan ini masih hijau dan lebih sehat, dibandingkan pusat kota Batavia yang waktu itu sedang terkena wabah malaria. Gedung tersebut juga sebagai tempat peristirahatan yang jauh di luar kota-kota kala itu berpusat di Benteng Pasar Ikan.
Gedung Arsip Nasional
Di antara gedung yang dulu banyak terdapat di Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, tinggal gedung Arsip Nasional yang masih tersisa yang dibangun di kawasan Molenvliet. Sebagian tergusur menjadi mal, pertokoan, dan perkantoran. Sebagian lagi dibongkar ketika Gubernur Ali Sadikin melebarkan kedua jalan tersebut. Baru pada abad ke-19, kaum elit membangun rumah-rumah mewah di daerah selatan atau Weltevreden (Lapangan Banteng, Medan Merdeka, Gunung Sahari, dan Senen).
Seperti halnya bangunan Arsip Nasional, bangunan-bangunan lain di kawasan ini juga mempunyai area yang luas, dengan halaman depan yang luas, bangunan yang ada di kawasan tersebut juga besar dan luas dilengkapi dengan courtyard. Luas tanah Arsip Nasional sekarang ini mempunyai lebar 57 m dan panjang 164 m, tetapi dulu tanah yang dimilikinya lebih luas batasnya sampai ke sungai Krukut.
Flashback
Pada abad ke-18 di sekitarnya banyak terdapat rumah peristirahatan (landhuis) dengan pekarangan luas, tempat para kelompok elit bersama keluarga menikmati weekend di hari-hari libur. Tiga abad lalu, kawasan yang kini sangat ramai itu masih merupakan permukiman yang tenang dengan hawanya yang sejuk. Banyaknya rumah peristihatan indah ini menyebabkan Batavia mendapat julukan Queen of the East (Ratu dari Timur) atau Koningin van Het Oosten dalam Belanda.
Gedung Arsip Nasional: Gedung Arsip Nasional Tahun 1930-an
Antara 1777 dan 1780, rumah Reinier de Klerk digunakan sebagai kediaman resmi pejabat tinggi kolonial. Setelah de Klerk meninggal (1780), rumah ini dibeli Johannes Sieberg. Ia kemudian menjadi gubernur jenderal (1801-1805) dan tinggal di gedung ini selama masa pemerintahan Prancis dan Inggris. Kemudian gedung ini kembali berpindah tangan kepada Jahoede Leip Jewgiel Igel, seorang Yahudi yang berasal dari Polandia.
Rumah de Klerk pada masa lalu pindah tangan terus, sehingga pada abad ke-19 berubah menjadi panti asuhan. Pada zaman ini rumah mulai terbengkalai karena kekurangan dana untuk perbaikan. Akibatnya pada tahun 1900 ada rencana membongkar rumah tersebut. Perkumpulan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) kemudian melobi Pemerintah Hindia Belanda untuk membeli rumah de Klerk. Mereka berhasil dan bangunan tersebut menjadi Departemen Pertambangan.
Gedung Arsip Nasional: Gedung Landsarchief Tahun 1920-an
Hingga tahun 1925, gedung ini dipakai departemen Pertambangan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemudian, tempat tersebut dijadikan Landsarchief (arsip negeri), yang setelah Indonesia menjadi gedung arsip nasional. Pada tahun yang sama pemerintah Hindia Belanda melaksanakan pemugaran besar pertama di abad ke-20 atas rumah de Klerk dan setelah selesai gedung dipakai sebagai tempat arsip sampai tahun 1992 ketika arsip terakhir dipindahkan ke gedung-gedung baru Arsip Nasional di Jalan Ampera. (Jalan Jajan Hemat/Kompas/Wikipedia)
Ketika Indonesia merdeka bangunan ini tetap digunakan sebagai Kantor Arsip Nasional. Bangunan Arsip Nasional yang berbentuk U dengan ketinggian dua lantai dihubungkan dengan bangunan tambahan di belakangnya, dan balkon dengan ketinggian dua lantai ditutup dengan dinding dan jendela. Sejak saat itu bangunan tersebut dinamakan Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (The National Archive Building of Republic Indonesia). Pertengahan tahun 1980 semua arsip dipindahkan ke bangunan yang lebih baru di selatan kota Jakarta. (Goretan Kata)
Tahun 1992, ada kabar angin bahwa gedung lama akan dibongkar keluarga mantan presiden Soeharto untuk membangun pertokoan, seperti di tahun 1900. Kemudian tahun 1995 para pengusaha Belanda di Indonesia mengumpulkan dana untuk pemugaran rumah de Klerk yang sudah dalam keadaan rusak lagi, sebagai hadiah ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia dari bangsa Belanda kepada bangsa Indonesia. Pemugaran selesai pada akhir tahun 1998. Gedung ini diselamatkan sekelompok usahawan Belanda yang mendirikan Stichting Cadeau Indonesia (Yayasan Hadiah Indonesia). Yayasan tersebut mengumpulkan dana untuk memugarnya dan menjadikannya sebuah museum.
Stichting Cadeau Nationaal Indonesie di Belanda yang didirikan untuk mengumpulkan dana dari para pengusaha Belanda bagi pemugaran Gedung Arsip, masih memberi dana kepada Yayasan untuk menutupi kebutuhan dana operasional dan perawatan sehari-hari selama beberapa tahun, namun kurang lebih dua tahun lagi dana tersebut akan habis dan Yayasan diharapkan dapat berdikari secara finansial. Pada tahun 1999 Yayasan menerima dua pertiga dana yang diperlukan untuk biaya operasional dan perawatan sehari-hari dari Stichting Cadeau. Sisanya dicari sendiri. Pada tahun 2000 melalui berbagai kegiatannya di gedung seperti menyewakan gedung untuk resepsi perkawinan, jamuan, dan seminar, mengumpulkan sumbangan, penjualan di toko museum serta menyelenggarakan pameran, Yayasan berhasil mencari sendiri hampir tiga perempat dana operasional serta perawatan gedung.
Pada tanggal 1 November 1998 didirikan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI yang bersifat nirlaba. Yayasan memiliki tiga tugas utama, yakni mencari dana untuk biaya operasional dan perawatan gedung setiap tahun, menyelenggarakan program pendidikan dan kebudayaan di gedung (termasuk mencari dana untuk itu), serta menyelesaikan restorasi gedung yang belum tuntas karena dana dari Belanda pada tahun 1995 ternyata tidak cukup untuk memugar seluruh bangunan Gedung Arsip Nasional.
Present
Bila meneliti apa yang dihasilkan Reyner de Klerk selama masa jabatannya sebagai Gubernur Jenderal maka yang patut dipuji adalah pendirian Perkumpulan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan di bawah perlindungannya. Menantunya, Radermacher, sangat aktif dalam pendirian perkumpulan ini dan Reyner de Klerk memaksa semua pejabat tinggi pemerintah menjadi anggota perkumpulan tersebut.
Hal ini berhubungan dengan suasana pemikiran abad ke-18 di Eropa yang dikenal sebagai the Age of Enlightenment. Para pengikutnya sangat terbuka pikirannya dan ingin mengetahui tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Demikian pula anggota Perkumpulan Batavia yang mempelajari dan meneliti berbagai obyek di kepulauan Nusantara.
Bangunan Arsip Nasional berbentuk U dengan bangunan tambahan di bagian belakangnya. Bangunan utama berlantai dua, dibangun dengan bata merah dengan atap yang tinggi. Denah bangunannya mencerminkan denah rumah yang besar dan klasik dengan aksis utama barat-timur dan aksis kedua utara-selatan. Lantai dasarnya luas. Pintu utamanya tinggi dihiasi lubang ventilasi yang indah di atasnya. Di lantai inilah Gubernur Jendral biasa menerima tamu-tamunya. Di lantai ini terdapat satu tangga kecil yang menuju ke lantai pertama, yaitu tempat yang lebih pribadi.
Gedung Arsip Nasional: Koleksi Kursi
Disini dipajang beberapa barang peninggalan dari jaman Belanda seperti lemari, brankas, kursi,  meja kerja, dan koleksi senjata. Di ujung tangga terlihat hiasan yang indah. Di lantai kedua ini terdapat beberapa ruangan besar, mulai dari ruang makan (yang digunakan dalam menjamu Hillary Clinton untuk makan malam saat berkunjung ke Indonesia), lukisan-lukisan peta dunia, peta Batavia, kamar tidur Reiner de Klerk, lengkap dengan tempat tidurnya.
Bangunan di samping bangunan utama digunakan sebagai kantor administrasi yang mengelola bisnis pribadi gubernur jenderal. Sementara ada bangunan tambahan yang lebih tinggi yang dulu digunakan sebagai rumah budak dan sebagai tempat penyimpanan barang. Di gedung ini dipajang beberapa benda-benda yang berhubungan dengan sejarah bangunan ini, riwayat renovasi, dll.
Di halaman belakang terhampar rumput hijau dengan diapit disamping kiri dan kanannya oleh meriam kuno. Di halamam ini terdapat lonceng, yang konon disebut lonceng perbudakan, karena digunakan untuk membangunkan para budak untuk mulai bekerja.
Kini, gedung dikelola oleh yayasan tanpa bantuan dari pemerintah dan dijadikan tempat pameran. Kebunnya buka dari pukul 6.00 sampai 18.00. Penduduk setempat diajak memakai kebun tersebut sebagai sarana umum.

(Goretan Kata/Jalan Jajan Hemat/Kompas/Wikipedia)