Semua bermula saat Daendels memindahkan pusat kota Batavia dari Pasar
Ikan ke Weltevreden. Kawasan ini meliputi Jakarta Pusat saat ini dengan batas
utara Postweg dan Schoolweg (Jalan Pos dan Jalan Dr. Sutomo Pasar Baru), batas timur
de Grote Zuidenweg (Gunung Sahari Pasar Senen), dan batas selatan Kramat Raya
hingga Prapatan.
Anak revolusi Perancis itu menyulap kawasan yang semula rawa-rawa dan
hutan menjadi kamp militer dan pusat pemerintah. Ia pun membangun sebuah istana
megah sebagai pusat kegiatannya di Weltevreden.
Istana yang diarsiteki Letnan
Kolonel J.C. Schultze itu disebut Groote Huise (rumah besar). Istana yang juga
dikenal sebagai Het Witte Huis (Gedung Putih) itulah yang kini difungsikan
menjadi Gedung Kementerian Keuangan.
Gedung Kementerian Keuangan |
Kantor pusat Kementerian Keuangan terletak di Jalan Dr. Wahidin Nomor 1
dan Jalan Lapangan Banteng Timur Nomor 2-4, Jakarta Pusat. Keduanya merupakan
kompleks yang terdiri dari beberapa gedung yang letaknya saling berseberangan.
Kebanyakan instansi setingkat eselon I di bawah Kementerian Keuangan bertempat
di lokasi ini. Instansi eselon I di bawah Kementerian Keuangan yang tidak
berkantor pusat di dalam komplek tersebut antara lain Direktorat Jenderal Pajak
(Jalan Gatot Subroto No. 40-42), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Jalan
Jenderal Ahmad Yani, Rawamangun), dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
(Jalan Purnawarman No.99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan).
Gedung itu dibangun pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels
tahun 1809. Rampung 29 tahun kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Du Bus.
(VIVAnews)
Flashback
Ketika Gubernur Jenderal Marsekal Herman Daendels (1808-1811)
menghancurkan kastil di kota bertembok Batavia (sekitar Pasar Ikan) Jakarta
Utara, dia memindahkan pusat kota ke Weltevreden sekitar belasan kilometer dari
kota lama. Di sini, Daendels, pengagum Kaisar Prancis Napoleon Boneparte,
membangun pusat administrasi dan istana yang kini menjadi Departemen Keuangan
di Jalan Lapangan Banteng Timur, Jakarta Pusat. Tapi, gedung mewah ini baru
selesai secara keseluruhan 20 tahun kemudian. Sementara itu, Daendels sudah
dipanggil pulang. (Situs Betawi)
Sebagai pengganti Daendels, Gubernur Jansen kurang menaruh perhatian
pada pembangunan gedung, sehingga selama masa jabatannya pembangunan gedung itu
terlantar.
Kemudian, pembangunan istana ini dilanjutkan oleh Letnan Kolonel J.C.
Schultze, perwira yang berpengalaman membangun gedung Societet Harmonie di Batavia. Namun, pembangunan istana sempat
terhenti karena Hindia Belanda beralih kekuasan ke Inggris.
Gedung Kementerian Keuangan: Gedung Het Witte H |
Karena urung menjadi istana, sayap sebelah kiri gedung yang berhadapan
dengan Lapangan Parade Waterlooplein (kini Lapangan Banteng), sebelum menjadi
Departemen Keuangan, digunakan sebagai tempat penginapan para tamu pejabat
Pemerintah Belanda.
Hindia Belanda kemudian dikuasai kembali oleh Belanda setelah melalui
kesepakatan Inggris-Belanda. Pada periode ini, perbaikan perekonomian mulai
dilaksanakan. Jenderal Du Bus (1826), sebagai Gubernur Jenderal pada masa itu,
melanjutkan pembangunan istana tersebut dengan bantuan Ir. Tromp, yang selesai
pada 1828. Bangunan tersebut digunakan sebagai kantor pemerintahan Hindia
Belanda, yang diresmikan sendiri oleh Gubernur Du Bus. Di tahun yang sama, Du
Bus juga mendirikan De Javasche Bank dengan alasan kondisi keuangan di Hindia
Belanda dianggap memerlukan penertiban dan pengaturan sistem pembayaran.
Ketika istana besar ini dijadikan sebagai kantor pemerintahan, di
bagian belakang terdapat tempat parkir kereta kuda angkutan pada masa itu. Di
samping kanan gedung ini, dahulunya terdapat klub militer Concordia yang kemudian menjadi tempat
sidang-sidang DPR pada masa kabinet parlementer sebelum dibangun gedung MPR/DPR
di Senayan. Kini, bekas klub militer Concordia menjadi bagian dari Departemen
Keuangan.
Gedung Kementerian Keuangan: Gedung Kementerian Keuangan Tahun 1920 |
Pada 1839, bagian bawah gedung dimanfaatkan untuk Kantor Pos dan
percetakan milik negara. Pada 1 Mei 1848, sebagian bangunan istana yang
dinamakan Gedung Putih resmi dipakai untuk Departemen van Justitie (Mahkamah
Agung).
Gedung ini menjadi pusat kerja Menteri Keuangan selaku pimpinan
Departemen Keuangan Republik Indonesia saat menjalankan tugasnya sehari-hari.
Seiring dengan kebutuhan akan koordinasi antar unit, sejak tahun 2007 gedung
Menteri Keuangan dipindah ke Gedung Djuanda 1 yang berlokasi di seberang gedung
A.A. Maramis.
Di Departemen Keuangan inilah, masalah-masalah keuangan negara diolah
dan diputuskan sejak tahun 1950-an hingga sekarang.
Present
Bangunan kuno itu terlihat begitu kokoh. Pilar-pilar beton membuat
bangunan itu semakin megah. Menempati lahan di sisi timur Lapangan Banteng,
Jakarta Pusat, bangunan itu menyeruak di antaranya gedung pencakar langit.
Batu berukir 'MDCCIX Ondidit Daendels MDCCCXXVII Erexit Du Bus' yang
ditempatkan di salah satu dinding mempertegas peran dua gubernur itu. Prasasti
itu merupakan batu terakhir pembangunan Gedung Departemen Keuangan.
Gedung Kementerian Keuangan: Gedung Departemen Keuangan |
Selain Istana Gedung Putih, Daendels juga meninggalkan kisah disejumlah bangunan Ibu Kota. Daendels berperan dalam pembangunan lapangan Monas
yang dulu dikenal sebagai lapangan Gambir. Ia juga berjasa dalam pembangunan
Lapangan Banteng (Waterlooplein) yang dulu difungsikan sebagai tempat latihan
perang.
Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian
Negara Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara, serta merujuk pada surat edaran Sekretaris
Jenderal Departemen Keuangan Nomor SE-11 MK.1/2010 tentang perubahan Nomenklatur
Departemen Keuangan menjadi Kementerian keuangan, maka sejak 2009, Departemen
Keuangan resmi berubah nama menjadi Kementerian Keuangan.
(Kementerian Keuangan/Situs
Betawi/VIVAnews/Wikipedia)