Museum Indonesia, adalah museum antropologi dan etnologi yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Indonesia. Museum ini berkonsentrasi pada seni dan budaya berbagai suku bangsa yang menghuni Nusantara dan membentuk negara kesatuan Republik Indonesia. Museum ini bergaya arsitektur Bali dan dihiasi beraneka ukiran dan patung Bali yang sangat halus dan indah. Museum ini menyimpan koleksi beraneka seni, kerajinan, pakaian tradisional dan kontemporer dari berbagai daerah di Indonesia.
Merupakan lantai pengenalan keanekaragaman dan kekayaan budaya bangsa Indonesia kepada pengunjung. Seperti koleksi lukisan Citra Indonesia, pakaian pengantin, pakaian adat, alat musik tradisional maupun wayang yang berasal dari seluruh Indonesia.
Memperagakan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti upacara daur hidup, selain itu terdapat juga miniatur rumah tradisional, kamar pengantin dari Palembang, ruang tengah dari Jawa Tengah, dapur batak, alat berburu, alat pertanian, alat rumah tangga serta alat transportasi darat dan air.
Museum Indonesia |
Pengunjung bukan hanya wisatawan nusantara, terutama para pelajar dan mahasiswa yang diberi tugas berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliahnya, melainkan juga wisatawan mancanegara; bahkan oleh TMII Museum Indonesia secara khusus dijadikan tujuan kunjungan tamu negara.
(No) flashback
Museum Indonesia dibangun atas prakarsa Ibu Tien Soeharto dan didirikan di atas tanah seluas 20.100 m². dengan luas bangunan 7.000 m². Diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1980.
Museum ini dirancang sebagai bagian dari kesatuan kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Bertujuan sebagai pusat informasi dan pembelajaran mengenai Kebudayaan Indonesia, sebagai "satu perhentian untuk belajar mengenai Indonesia". Museum dan keseluruhan kompleks TMII dibangun dan kemudian diresmikan pada tahun 1975 atas prakarsa Ibu Tien Suharto.
Museum Indonesia: Museum Indonesia dalam Acara Khusus |
Museum ini dihiasi berbagai ornamen dan patung Bali dan bergaya arsitektur Bali yang sangat indah. Beberapa gapura besar bergaya Paduraksa dan Candi Bentar (gerbang terbelah) khas Bali, demikian pula beberapa menara sudut menghiasi kompleks museum. Taman dan bangunan museum mengambil tema kisah Ramayana, misalnya jembatan menuju bangunan utama berbentuk ular Naga dan Wanara, pasukan kera yang membangun jembatan menuju Alengka.
Pintu gerbang utama yang terdapat di sebelah selatan, berupa sebuah candi kurung yang biasa disebut Padu Raksa atau Kori Agung, sedangkan di sebelah barat terdapat gerbang kedua yang disebut Candi Bentar.
Di sekitar gedung utama terdapat bangunan pendukung dan patung-patung yang memiliki nama dan arti simbolis. Relief yang terdapat pada bagian depan gedung utama diambil dari cerita Ramayana yang berjudul Hanoman Duta.
Museum Indonesia: Pakaian Tradisional Indonesia |
Dihubungkan dengan cerita Ramayana, bangunan Museum Indonesia diibaratkan sebagai Gunung Muliawan dimana Sri Rama memberikan perintah kepada Hanoman (pasukan kera) untuk mencari istrinya (Dewi Shinta) yang diculik oleh Rahwana.
Jembatan yang menuju pintu masuk museum diibaratkan sebagai Jembatan Situbundo yang dibangun oleh pasukan kera untuk menghubungkan Ayodhya dengan Alengka Pura, dimana Dewi Shinta disembunyikan oleh Rahwana di Taman Argasoka.
Present
Museum Indonesia menjalankan fungsinya melalui pameran tetap dengan tiga tema. Lantai I bertema Bhinneka Tunggal Ika, menampilkan pakaian adat dan pakaian pengantin secara lengkap yang meliputi 27 provinsi, sesuai dengan jumlah provinsi di Indonesia pada saat peresmiannya. Koleksi pakaian pengantin dan pakaian adatnya paling lengkap dan tidak dijumpai di museum lain di Indonesia, bahkan di dunia. Pameran keanekaragaman pakaian adat dan pakaian pengantin sekaligus merupakan cermin kemajemukan budaya masyarakat Indonesia, baik dilihat dari sisi agama, pakaian, kesenian, maupun adat istiadatnya.
Pameran di lantai II bertema Manusia dan Lingkungan, menampilkan benda-benda budaya di lingkungan sekitar yang diwujudkan dalam bentuk rumah tradisional berupa rumah tinggal, rumah ibadat, dan lumbung padi. Bangunan-bangunan tersebut menyesuaikan keadaan lingkungan, misalnya rumah di dataran rendah, di atas pohon, dan di atas sungai. Selain itu juga ditampilkan ruang/bagian rumah, antara lain kamar pengantin Palembang, ruang dalam Jawa Tengah, dan ruang dapur Batak. Benda budaya dan peralatan mata pencaharian yang dipamerkan meliputi alat perikanan, alat berburu dan meramu, alat pertanian, serta upacara-upacara daur hidup (life cycle rites) yang ditampilkan dalam bentuk diorama, meliputi upacara tujuh bulan (mitoni), upacara turun tanah, upacara khitanan, upacara potong gigi (mapedes), upacara penobatan datuk, dan pelaminan Sumatera Barat yang mewakili upacara pernikahan.
Diorama dari bagian rumah tradisional Indonesia juga dipamerkan, seperti kamar pengantin adat Palembang, ruang tengah masyarakat Jawa, serta dapur masyarakat Batak. Dipamerkan pula berbagai benda keperluan sehari-hari untuk berburu, mengumpulkan makanan, dan alat-alat pertanian. Beberapa diorama menampilkan upacara adat menyangkut daur hidup manusia, seperti upacara Mitoni (nujuh bulanan), Turun Tanah (upacara untuk bayi), Khitanan, Mapedes (upacara potong gigi masyarakat Bali), upacara pelantikan Datuk, dan Pelaminan Minangkabau.
Pameran di lantai III bertema Seni dan Kriya, menampilkan hasil seni garapan dan seni ciptaan baru, antara lain aneka kain yang meliputi songket, tenun, dan batik; berbagai benda kerajinan dari bahan logam perak, kuningan, dan tembaga; seni ukir dari bahan kayu gaya Jepara, Bali, Toraja, dan Asmat. Pohon hayat—yang diilhami gunungan dalam pertunjukkan wayang sebagai pembuka, pergantian, dan penutup suatu adegan dalam pertunjukan wayang—berdiri megah setinggi 8 m dan lebar 4 m, lambang alam semesta yang mengandung unsur udara, air, angin, tanah, dan api. Penempatan Pohon hayat di lantai III sekaligus menutup rangkain cerita atas seluruh tema pameran secara keseluruhan.
Selain pameran tetap, secara berkala Museum Indonesia juga menyelenggarakan pameran dengan tema khusus, antara lain pameran topeng, kain, senjata, dan lukisan yang didukung oleh peragaan yang berkait dengan tema, misalnya peragaan membatik dan menatah wayang.
Gedung utama dan bangunan pendukung lain yang berada di halaman museum menampilkan gaya arsitektur Bali yang dikembangkan dimana secara keseluruhan memperlihatkan wajah budaya Indonesia.
Gedung pendukung yang ada di halaman Museum Indonesia beserta taman yang cukup luas dan asri bisa digunakan untuk acara-acara seperti pernikahan, seminar atau acara keluarga lainya. Bale Panjang (ruangan tertutup) dengan ukuran 20 x 12 m² dengan fasilitas AC dan Bale Bundar (ruangan terbuka) dengan ukuran 12 x 12 m².Gedung Museum Indonesia berarsitektur Bali tiga lantai dikembangkan dari filosofi tri hita karana, yang menjelaskan adanya tiga sumber kebahagiaan manusia, yakni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam.
Selain bangunan utama, di dalam kompleks Museum Indonesia terdapat taman Bali, Bale Panjang, Bale Bundar, dan bangunan Soko Tujuh Building yang dapat disewakan untuk berbagai keperluan umum.
No comments:
Post a Comment