Banten yang memiliki kekayaan budaya beraneka ragam tentunya
membutuhkan tempat penyimpanan peninggalan-peninggalan tersebut di tempat yang
aman dan bisa dilihat oleh generasi mendatang.
Peninggalan arkeologi yang berupa artefak kecil-kecil telah ditemukan
di Situs Banten dalam jumlah yang banyak. Diantaranya adalah berupa gerabah
untuk keperluan hidup, periuk, jembangan, keramik asing, patung, kapak batu,
dan lain-lain. Penemuan-penemuan tersebut merupakan bagian dari aktifitas
masyarakat Banten dari abad 16 M sampai dengan abad 19 M.
Flashback
Berdiri diatas lahan seluas 10.000
m² dengan luas bangunan 778
m²,
museum ini diresmikan pada tanggal 15 Juli 1985 oleh Dirjen Kebudayaan Bapak
Prof. Dr. Haryati Subadio. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama selain dimanfaatkan
sebagai tempat menyimpan benda cagar budaya bergerak (movable artifact) hasil
penelitian yang berasal dari Banten Lama dan sekitarnya, dapat juga dimanfaatkan
sebagai media atau sarana yang bersikap rekreatif ilmu pengetahuan dan sebagai
sumber inspirasi.
Pendirian museum ini didasari karena adanya potensi budaya yang pernah
hidup dan berkembang di wilayah Banten. Oleh karena itu cakupan koleksi yang dihimpun
adalah benda-benda yang memberikan gambaran tentang sejarah alam dan budaya
yang berkembang sejak masa prasejarah hingga yang masih hidup sampai sekarang. Koleksi
museum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, yakni:
arkeologika, di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah, atap, lesung batu,
dan lain sebagainya; numismatika, di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik
mata uang asing maupun uang yang dicetak masyarakat banten; etnografika, di
dalamnya adalah miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata
tradisional, koleksi pakaian adat, dan lain-lain; dan keramologika.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama |
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa benda-benda koleksi
baik asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan lain sebaginya.
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum meliputi sejumlah
benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten
Lama yang berasal dari masa prasejarah, klenik (Hindu-Buddha), masa Kesultanan
Banten, dan masa kolonial. Koleksi arkeologika ini mencerminkan Banten Lama
sudah ada sejak masa prasejarah di Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut antara
lain: kapal batu, arca Nandi, atap bangunan, pagar besi, pegangan kunci, rumah
kunci, paku, dan pipa saluran air.
Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut menjadikan laut dan pantai
Banten ramai lalu lalang kapal dagang berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai
negara. Tinggalan dari keramaian perdagangan laut itu diantaranya adalah
fragmen bagian dari tiang pagar tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi
hiasan, dan juga fragmen badan kapal yang terbuat dari kayu. Diantara fragmen
kapal, didapati juga tapal (sepatu kuda).
Bata Beberapa bangunan masa Kesultanan Banten dibuat menggunakan bata,
sehingga beberapa diantaranya masih dapat bertahan hingga sekarang sebagai
bangunan monumen bersejarah. Bata yang digunakan berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 29 x 15 cm. Dalam penggunaannya, bata-bata persegi panjang
tersebut untuk keperluan tertentu dapat dibentuk sesuai peruntukkan.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Arkeologi: Fragmen Kapal |
Elemen Pintu Perlengkapan yang dapat dijumpai dalam keseharian juga
ditemukan di SItus Banten Lama, seperti anak kunci, rumah kunci, engsel
pintu/jendela, pegangan pintu, dan paku berbagai ukuran serta baut.
Pipa untuk menyalurkan air banyak digunakan pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 M). Beliau berinisiatif membangun satu
jaringan distribusi air bagi penduduk, dimulai dengan pembuatan danau/waduk
Tasikardi sebagai sumber airnya, kemudian dialirkan melalui pipa hingga ke
Keraton untuk kemudian didistribusikan ke lingkungan sekitarnya untuk
masyarakat. Sepanjang jalur air dari Tasikardi hingga Keraton air dialirkan
melalui pipa. Pipa yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk menyalurkan air
ke kota, sedangka pipa yang terbuat dari batu dan timah digunakan untuk
menyalurkan air limbah. Perjernihan air dilakukan dengan pembuatan tiga
bangunan pengindelan/pengendapan (pengindelan abang, putih, dan emas), sehingga
saat air mengalir masuk kota telah layak untuk digunakan. Serumbung sumur-sumur
kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua macam, yakni sumur yang bentuknya
persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.
Ragam Lantai Keraton Surosowan Penelitian secara arkeologis mendapati
bahwa Keraton Surosowan pada beberapa bagiannya menggunakan lantai yang
dilapisi tegel yang terbuat dari tanah liat dan marmer dengan beberapa ukuran.
Hiasan Kerpus Beberapa bangunan di dalam lingkungan Keraton Surosowan
beratapkan genteng, ini dapat disimpulkan dari adanya temuan berupa hiasan
karpus. Hiasan karpus bagian tengah atap dengan bentuk binatang. DIlihat dari
bentuk kepala, sayap, dan ekor, hiasan ini berupa figur burung merak, hiasan
kerpus bagian tepi, secara arkeologis di duga berasal dari abad 17 M.
Koleksi Numismatika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi
yang ada di museum ini berupa mata uang yang dicetak di Banten Lama sendiri
maupun mata uang asing seperti dari China, VOC, dan Inggris.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Numismatika: Ragam Uang Logam |
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum Banten Lama Berupa
koleksi alat tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten
sejak Banten sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu juga
terdapat sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian,
senjata, dan alat kesenian.
Koleksi Keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik yang
menjadi koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal.
Keramik asing umumnya berasal dari Myanmar, Vietnam, China, Jepang, Timur
Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing. Keberadaan
keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama merupakan sebuah
daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan berbagai macam bangsa
yang datang ke Banten lama, dimana gerabah-gerabah tersebut umumnya
dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta wadah pelebur
logam yang biasa disebut kowi.
Memolo adalah hiasan atap mesjid yang terbuat dari bahan liat. Memolo
ini ditemukan dalam keadaan relatif utuh di situs Banten Lama yang berasal dari
masa Kesultanan Banten sekitar abad 16-19 M. Teknik membuat memolo berupa
teknik roda putar dengan hiasan motif bunga dan motif geometris. Dalam memberi
hiasan digunakan teknik ukir dan teknik cungkil. Memolo merupakan salah satu
benda seni yang digunakan untuk kepentingan keagamaan/religi.
Keramik Cina banyak ditemukan di wilayah situs Banten Lama, hal
tersebut dapat menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dengan pelabuhannya sangat
ramai dan sebagai jalur perdagangan pada abad 16-17 M, terutama dalam
perdagangan rempah-rempah.
Koleksi Seni Rupa yang menjadi koleksi museum ini umumnya lukisan yang
menceritakan sejumlah peristiwa di Banten Lama. Koleksi seni rupa ini antara
lain sketsa kegiatan pasar pada masa lalu, lukisan tentang utusan duta besar
Kesultanan Banten yang melawat ke Negara Inggris Raya, suasana Tasikardi,
diorama suasana musyawarah tahun 1596, pelabuhan Banten tahun 1596, suasana
pasar Karangantu, lukisan keterangan tentang urutan Sultan-Sultan yang menjabat
pada waktu itu, dan lain sebagainya.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Keramologika: Ragam Lantai |
Keberadaan kesenian di Banten pada masa lalu, dapat diamati dari
sisa-sisa peninggalan, misalnya saja gamelan, rebab, rebana, dan kendang.
Jenis-jenis alat musik itu biasanya digunakan untuk mengiringi tari, pencak
silat, debus, dan kanuragan lainnya. Kesenian tradisional yang berkembang
sampai saat ini merupakan kesinambungan seni-seni yang berakar dari masa
prasejarah (Baduy dari Kenekes), masa Hindu seperti Dodod (dogdog lojor di
Maja-Saketi, Pandeglang), dan seni Gondang (lisung Dewi Sri di Panimbang,
Pandeglang).
Present
Menarik sekali memang ketika berkunjung ke musem purbakala ini, selain
melihat berbagai benda yang mempunyai nilai budaya tinggi juga bisa belajar
kearifan kehidupan di masa Kesultanan Banten yang nilai-nilainya masih kita diterapkan
sampai sekarang, “kerukunan, persahabatan dengan tetap mempunyai barisan tentara
yang kuat.”
Adalah meriam Ki Amuk yang terletak di depan museum. Meriam ini dulunya
terletak di Karangantu, namun kemudian dipindahkan. Pada meriam tersebut
terdapat tiga buah Prasasti berbentuk lingkaran dengan huruf dan bahasa Arab.
Prasasti tersebut berbunyi : “ akibatul khairi, salamatul imani”. Menurut K.C.
Cruck kalimat ini merupakan candra sangkala (penanggalan) yang mempunyai arti
tahun 1450 saka atau 1628/1629 M. Meriam ini terbuat dari tembaga dengan
panjang sekitar 2,5 m. Meriam ini merupakan hasil rampasan dari tentara
Portugis yang kalah perang.
Saat pertama memasuki museum, pengunjung langsung disambut dengan Arca
Nandhi yang berada di sebelah kanan museum. Patung yang dipercaya sebagai
tunggangan Dewa Shiwa ini merupakan benda paling tua yang berada di dalam
museum.
Patung yang dahulunya berada di depan pendopo Pemkab Serang ini
ditaksir merupakan benda dari jaman Kerajaan Padjajaran atau sebelum Kesultanan
Banten berdiri.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Etnografika: Perhiasan |
Di dalam museum ini juga terdapat sejumlah benda-benda yang menunjukkan
kejayaan peradaban Kesultanan Banten masa lalu. Sebuah gerabah (gentong) untuk
menetralisasi air hujan untuk dikonsumsi.
Aneka benda yang terbuat dari batu, logam, hingga pakaian juga terdapat
dalam museum yang berada di bagian timur Masjid Agung Banten. Benda-benda itu
terdiri dari berbagai bentuk, mulai dari batu bata, macam senjata, perabotan
rumah tangga, perhiasan, alat pertanian, aneka jenis uang dari jaman kesultanan
sampai jaman pra kemerdekaan juga terdapat di museum ini. Yang tak kalah
menarik adalah sebuah maket yang menggambarkan orang-orang sekitar kesultanan
sedang berolahraga takraw.
Berbagai keramik hasil temuan peggalian dari Keraton Surosowan dan
beberapa hasil penyerahan dari penduduk.
Sebagai kota metropolis, Banten memberikan pula kawasan pemukiman bagi
para pendatang bangsa-bangsa yang hadir di Banten untuk berbagai kegiatan
berikut pula dengan sarana peribadatannya. Pemukiman dan sarana peribadatan
bagi warga asing disediakan pada tempat-tempat khusus. Penemuan sisa dan bekas
gereja di Kompleks Benteng Speelwijk termasuk tempat pemakaman, makam-makam
China di Pecinan, Klenteng China, dan sebagainya merupakan bukti adanya
toleransi kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Di daerah Kanekes, Banten Selatan terdapat Kampunng Cibeo, Cikeusik,
dan Cikartawarna. Penduduk di ketiga kampug ini tetap mempertahankan tradisi
asli. Hal ini tercermin dari cara bercocok tanam, berpakaian, dan tata letak
rumah. Masyarakat luar, biasa menyebut mereka orang baduy.
No comments:
Post a Comment