Pages

Tuesday, March 6, 2012

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

Banten yang memiliki kekayaan budaya beraneka ragam tentunya membutuhkan tempat penyimpanan peninggalan-peninggalan tersebut di tempat yang aman dan bisa dilihat oleh generasi mendatang.
Peninggalan arkeologi yang berupa artefak kecil-kecil telah ditemukan di Situs Banten dalam jumlah yang banyak. Diantaranya adalah berupa gerabah untuk keperluan hidup, periuk, jembangan, keramik asing, patung, kapak batu, dan lain-lain. Penemuan-penemuan tersebut merupakan bagian dari aktifitas masyarakat Banten dari abad 16 M sampai dengan abad 19 M.
Flashback
Berdiri diatas lahan seluas 10.000  m² dengan luas bangunan 778  m², museum ini diresmikan pada tanggal 15 Juli 1985 oleh Dirjen Kebudayaan Bapak Prof. Dr. Haryati Subadio. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama selain dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan benda cagar budaya bergerak (movable artifact) hasil penelitian yang berasal dari Banten Lama dan sekitarnya, dapat juga dimanfaatkan sebagai media atau sarana yang bersikap rekreatif ilmu pengetahuan dan sebagai sumber inspirasi.
Pendirian museum ini didasari karena adanya potensi budaya yang pernah hidup dan berkembang di wilayah Banten. Oleh karena itu cakupan koleksi yang dihimpun adalah benda-benda yang memberikan gambaran tentang sejarah alam dan budaya yang berkembang sejak masa prasejarah hingga yang masih hidup sampai sekarang. Koleksi museum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, yakni: arkeologika, di dalamnya adalah arca Nandi, mamolo, gerabah, atap, lesung batu, dan lain sebagainya; numismatika, di dalamnya adalah koleksi mata uang, baik mata uang asing maupun uang yang dicetak masyarakat banten; etnografika, di dalamnya adalah miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata tradisional, koleksi pakaian adat, dan lain-lain; dan keramologika.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berupa benda-benda koleksi baik asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan lain sebaginya.
Koleksi arkeologika yang terdapat di Museum meliputi sejumlah benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama yang berasal dari masa prasejarah, klenik (Hindu-Buddha), masa Kesultanan Banten, dan masa kolonial. Koleksi arkeologika ini mencerminkan Banten Lama sudah ada sejak masa prasejarah di Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut antara lain: kapal batu, arca Nandi, atap bangunan, pagar besi, pegangan kunci, rumah kunci, paku, dan pipa saluran air.
Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut menjadikan laut dan pantai Banten ramai lalu lalang kapal dagang berbagai bentuk dan ukuran dari berbagai negara. Tinggalan dari keramaian perdagangan laut itu diantaranya adalah fragmen bagian dari tiang pagar tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi hiasan, dan juga fragmen badan kapal yang terbuat dari kayu. Diantara fragmen kapal, didapati juga tapal (sepatu kuda).
Bata Beberapa bangunan masa Kesultanan Banten dibuat menggunakan bata, sehingga beberapa diantaranya masih dapat bertahan hingga sekarang sebagai bangunan monumen bersejarah. Bata yang digunakan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29 x 15 cm. Dalam penggunaannya, bata-bata persegi panjang tersebut untuk keperluan tertentu dapat dibentuk sesuai peruntukkan.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Arkeologi: Fragmen Kapal
Elemen Pintu Perlengkapan yang dapat dijumpai dalam keseharian juga ditemukan di SItus Banten Lama, seperti anak kunci, rumah kunci, engsel pintu/jendela, pegangan pintu, dan paku berbagai ukuran serta baut.
Pipa untuk menyalurkan air banyak digunakan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 M). Beliau berinisiatif membangun satu jaringan distribusi air bagi penduduk, dimulai dengan pembuatan danau/waduk Tasikardi sebagai sumber airnya, kemudian dialirkan melalui pipa hingga ke Keraton untuk kemudian didistribusikan ke lingkungan sekitarnya untuk masyarakat. Sepanjang jalur air dari Tasikardi hingga Keraton air dialirkan melalui pipa. Pipa yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk menyalurkan air ke kota, sedangka pipa yang terbuat dari batu dan timah digunakan untuk menyalurkan air limbah. Perjernihan air dilakukan dengan pembuatan tiga bangunan pengindelan/pengendapan (pengindelan abang, putih, dan emas), sehingga saat air mengalir masuk kota telah layak untuk digunakan. Serumbung sumur-sumur kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua macam, yakni sumur yang bentuknya persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.
Ragam Lantai Keraton Surosowan Penelitian secara arkeologis mendapati bahwa Keraton Surosowan pada beberapa bagiannya menggunakan lantai yang dilapisi tegel yang terbuat dari tanah liat dan marmer dengan beberapa ukuran.
Hiasan Kerpus Beberapa bangunan di dalam lingkungan Keraton Surosowan beratapkan genteng, ini dapat disimpulkan dari adanya temuan berupa hiasan karpus. Hiasan karpus bagian tengah atap dengan bentuk binatang. DIlihat dari bentuk kepala, sayap, dan ekor, hiasan ini berupa figur burung merak, hiasan kerpus bagian tepi, secara arkeologis di duga berasal dari abad 17 M.
Koleksi Numismatika merupakan koleksi yang berupa mata uang. Koleksi yang ada di museum ini berupa mata uang yang dicetak di Banten Lama sendiri maupun mata uang asing seperti dari China, VOC, dan Inggris.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Numismatika: Ragam Uang Logam
Koleksi etnografika yang terdapat pada museum Banten Lama Berupa koleksi alat tenun. Koleksi ini merupakan alat tenun yang ada di daerah Banten sejak Banten sebelum Islam sampai sekarang masih digunakan. Selain itu juga terdapat sejumlah benda-benda tradisional dari daerah Banten seperti pakaian, senjata, dan alat kesenian.
Koleksi Keramologika berupa keramik dan gerabah. Keramik-keramik yang menjadi koleksi museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal. Keramik asing umumnya berasal dari Myanmar, Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing. Keberadaan keramik ini mencerminkan bahwa pada saat itu Banten Lama merupakan sebuah daerah yang ramai dengan aktivitas perdagangannya dengan berbagai macam bangsa yang datang ke Banten lama, dimana gerabah-gerabah tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa disebut kowi.
Memolo adalah hiasan atap mesjid yang terbuat dari bahan liat. Memolo ini ditemukan dalam keadaan relatif utuh di situs Banten Lama yang berasal dari masa Kesultanan Banten sekitar abad 16-19 M. Teknik membuat memolo berupa teknik roda putar dengan hiasan motif bunga dan motif geometris. Dalam memberi hiasan digunakan teknik ukir dan teknik cungkil. Memolo merupakan salah satu benda seni yang digunakan untuk kepentingan keagamaan/religi.
Keramik Cina banyak ditemukan di wilayah situs Banten Lama, hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dengan pelabuhannya sangat ramai dan sebagai jalur perdagangan pada abad 16-17 M, terutama dalam perdagangan rempah-rempah.
Koleksi Seni Rupa yang menjadi koleksi museum ini umumnya lukisan yang menceritakan sejumlah peristiwa di Banten Lama. Koleksi seni rupa ini antara lain sketsa kegiatan pasar pada masa lalu, lukisan tentang utusan duta besar Kesultanan Banten yang melawat ke Negara Inggris Raya, suasana Tasikardi, diorama suasana musyawarah tahun 1596, pelabuhan Banten tahun 1596, suasana pasar Karangantu, lukisan keterangan tentang urutan Sultan-Sultan yang menjabat pada waktu itu, dan lain sebagainya.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Keramologika: Ragam Lantai
Keberadaan kesenian di Banten pada masa lalu, dapat diamati dari sisa-sisa peninggalan, misalnya saja gamelan, rebab, rebana, dan kendang. Jenis-jenis alat musik itu biasanya digunakan untuk mengiringi tari, pencak silat, debus, dan kanuragan lainnya. Kesenian tradisional yang berkembang sampai saat ini merupakan kesinambungan seni-seni yang berakar dari masa prasejarah (Baduy dari Kenekes), masa Hindu seperti Dodod (dogdog lojor di Maja-Saketi, Pandeglang), dan seni Gondang (lisung Dewi Sri di Panimbang, Pandeglang).
Present
Menarik sekali memang ketika berkunjung ke musem purbakala ini, selain melihat berbagai benda yang mempunyai nilai budaya tinggi juga bisa belajar kearifan kehidupan di masa Kesultanan Banten yang nilai-nilainya masih kita diterapkan sampai sekarang, “kerukunan, persahabatan dengan tetap mempunyai barisan tentara yang kuat.”
Adalah meriam Ki Amuk yang terletak di depan museum. Meriam ini dulunya terletak di Karangantu, namun kemudian dipindahkan. Pada meriam tersebut terdapat tiga buah Prasasti berbentuk lingkaran dengan huruf dan bahasa Arab. Prasasti tersebut berbunyi : “ akibatul khairi, salamatul imani”. Menurut K.C. Cruck kalimat ini merupakan candra sangkala (penanggalan) yang mempunyai arti tahun 1450 saka atau 1628/1629 M. Meriam ini terbuat dari tembaga dengan panjang sekitar 2,5 m. Meriam ini merupakan hasil rampasan dari tentara Portugis yang kalah perang.
Saat pertama memasuki museum, pengunjung langsung disambut dengan Arca Nandhi yang berada di sebelah kanan museum. Patung yang dipercaya sebagai tunggangan Dewa Shiwa ini merupakan benda paling tua yang berada di dalam museum.
Patung yang dahulunya berada di depan pendopo Pemkab Serang ini ditaksir merupakan benda dari jaman Kerajaan Padjajaran atau sebelum Kesultanan Banten berdiri.
Museum Situs Kepurbakalaan: Koleksi Etnografika:
Perhiasan
Di dalam museum ini juga terdapat sejumlah benda-benda yang menunjukkan kejayaan peradaban Kesultanan Banten masa lalu. Sebuah gerabah (gentong) untuk menetralisasi air hujan untuk dikonsumsi.
Aneka benda yang terbuat dari batu, logam, hingga pakaian juga terdapat dalam museum yang berada di bagian timur Masjid Agung Banten. Benda-benda itu terdiri dari berbagai bentuk, mulai dari batu bata, macam senjata, perabotan rumah tangga, perhiasan, alat pertanian, aneka jenis uang dari jaman kesultanan sampai jaman pra kemerdekaan juga terdapat di museum ini. Yang tak kalah menarik adalah sebuah maket yang menggambarkan orang-orang sekitar kesultanan sedang berolahraga takraw.
Berbagai keramik hasil temuan peggalian dari Keraton Surosowan dan beberapa hasil penyerahan dari penduduk.
Sebagai kota metropolis, Banten memberikan pula kawasan pemukiman bagi para pendatang bangsa-bangsa yang hadir di Banten untuk berbagai kegiatan berikut pula dengan sarana peribadatannya. Pemukiman dan sarana peribadatan bagi warga asing disediakan pada tempat-tempat khusus. Penemuan sisa dan bekas gereja di Kompleks Benteng Speelwijk termasuk tempat pemakaman, makam-makam China di Pecinan, Klenteng China, dan sebagainya merupakan bukti adanya toleransi kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Di daerah Kanekes, Banten Selatan terdapat Kampunng Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawarna. Penduduk di ketiga kampug ini tetap mempertahankan tradisi asli. Hal ini tercermin dari cara bercocok tanam, berpakaian, dan tata letak rumah. Masyarakat luar, biasa menyebut mereka orang baduy.

No comments:

Post a Comment