Museum Geologi terletak tidak jauh dari Gedung Sate dan masih berada
dalam satu kawasan bangunan-bangunan bersejarah. Gedung berada di sisi Jalan
Diponegoro Nomor 57, yang termasuk ke dalam Kelurahan Cihaurgeulis, Kecamatan
Coblong. Secara geografis berada pada koordinat 06ᵒ54'03,3" LS dan 107ᵒ37'16,9"
BT. dan sekitar gedung kini telah banyak berdiri bangunan perkantoran,
pemukiman, dan pertokoan. Untuk mencapainya relatif mudah melalui jalan raya
dengan kondisi yang baik, menggunakan kendaraan pribadi roda empat atau dua
ataupun menaiki kendaraan umum yang melewati kawasan ini relatif banyak.
Selain sebagai museum, difungsikan pula sebagai labolatorium geologi,
dan sampai sekarang pemanfaatannya tetap sama sesuai fungsinya dan dikelola
oleh Museum Geologi/Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dengan luas
gedung ±3.617,08 m² dan luas kawasan ±8.342,52 m².
Gedung Museum berbatasan dengan, di sebelah utara: Jalan Surapati,
timur: Gedung RRI, selatan: Jalan Diponegoro, barat: Jalan Sentot Alibasa.
Koleksi Museum Geologi terdiri batuan dan mineral ±250.000 buah, koleksi fosil
dan lain-lain ±60.000 buah. Museum Geologi merupakan museum terbesar koleksinya
se-Asia Tenggara.
Flashback
Masa Penjajahan Belanda Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan
sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai
sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami
revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan
tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya
penguasaan bahan galian di wilayah nusantara. Melalui hal ini, diharapkan
perkembangan industri di Belanda dapat ditunjang. Maka pada tahun 1850
dibentuklah Dienst van het Mijnwezen.
Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst
van den Mijnbouw pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan
geologi serta sumber daya mineral.
Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil,
laporan, dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan
penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung
di Rembrandt Straat Bandung. Gedung
tersebut pada awalnya bernama Geologisch
Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch
Museum.
Museum Geologi |
Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya art deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan
dibangun selama sebelas bulan dengan tiga ratus pekerja serta menghabiskan dana
sebesar empat ratus Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929.
Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan
Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung
pada tanggal 18-24 Mei 1929. (AnneAhira.com/Wikipedia)
Museum ini dibangun pada tanggal
16 Mei 1928 masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, oleh arsitek Wnalda van Scholtwenburg, dan
diresmikan setahun kemudian, 16 Mei 1929, yang bertepatan dengan Kongres Ilmu
Pengetahuan se-Pasifik IV di Bandung. (AnneAhira.com/Disbudpar Jawa Barat)
Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada
Perang Dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter
Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah
Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H.
Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada tahun 1942. Penyerahan itu dilakukan di
Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung
Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama Kogyo Zimusho. Setahun kemudian,
berganti nama menjadi Chishitsu Chosacho.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi
berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada
tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris
yang diboncengi oleh Netherlands Indiës Civil Administration (NICA) tiba di
Indonesia. Mereka mendarat di Tanjung Priuk, Jakarta. Di Bandung, mereka
berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah
Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG
dipindahkan ke Jalan Braga Nomor 3 dan Nomor 8, Bandung, pada tanggal 12
Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya
seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor
PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi
mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di
Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan
lagi kantor yang bernama Geologische
Dienst ditempat yang sama.
Di mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai
dengan Desember 1949, yaitu selama empat tahun berturut-turut, kantor PDTG
terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Museum Geologi: Litografi Museum di Masa Lalu |
Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil
penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus
berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan
baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke
Bandung.
Dalam usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei
1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah
diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di
Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari
pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh
Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada dibawah Pusat Djawatan
Tambang dan Geologi (PDTG), berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan
Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan
Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi
(1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978-2005), Pusat
Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang).
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat
bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah
ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20
Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu,
Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan Simposium Internasional tentang
Museum Geologi.
Museum Geologi: Homo erectus |
Present
Museum Geologi Bandung merupakan salah satu monumen bersejarah yang ada
di provinsi Jawa Barat. Oleh sebab itu, museum ini berada di bawah pemeliharaan
dan perlindungan pemerintah daerah. Di Museum Geologi Bandung tersimpan
berbagai macam materi geologi yang berasal dari seluruh Indonesia berupa
fosil-fosil purba, batuan-batuan bumi, dan mineral. Seluruh material tersebut
dikumpulkan sejak tahun 1850 oleh ahli-ahli dari Eropa selama berada di
Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Sejak tahun 2002 Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum
Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi. Untuk menjalankan tugas
dan fungsinya dengan baik, dibentuklah dua seksi dan satu SubBag yaitu Seksi
Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan SubBag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan
perananya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi
juga mengadakan kegiatan antara lain penyuluhan, pameran, seminar serta
kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.
Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati
lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua
lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
Lantai I, terbagi menjadi 3 ruang utama: Ruang Orientasi di bagian
tengah, Ruang Sayap Barat dan Ruang Sayap Timur. Ruang Orientasi berisi peta
geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan
geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta
bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Sementara, Ruang Sayap Barat,
dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang
menyajikan informasi hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya, tatanan
tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia; diwujudkan dalam bentuk
maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi aktif, keadaan geologi Sumatera,
Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya, fosil-fosil serta
sejarah manusia menurut evolusi Darwin.
Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan
ini juga memamerkan beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber
daya mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati
bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan
susunan kristalografi dalam bentuk panel dan peraga asli. Masih di dalam
ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk
jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan dan penelitian
serta hasil akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, gunung api,
geomorfologi, seismotektonik, dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai
sarana pemasyarakan data dan informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap
barat adalah ruang kegunung-apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa gunung
api aktif di Indonesia seperti Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi,
dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket
kompleks Gunung Api Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan
gunung api tertata dalam lemari kaca.
Museum Geologi: Fosil Tyrannosaurus rex osborn |
Ruang Sayap Timur Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup, dari primitif hingga modern, yang mendiami planet
bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang
menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang
terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling
primitif pun belum ditemukan. Beberapa miliar tahun sesudahnya, disaat bumi
sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis
tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil reptilia
bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa Mesozoikum Tengah
hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus rex osborn (Jenis kadal
buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8
ton. Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar tiga miliar tahun lalu
selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia
yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan Kuarter (1,7 juta
tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil
binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang ditemukan
pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.
Kumpulan fosil tengkorak manusia-purba yang ditemukan di Indonesia
(Homo erectus P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam
bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunkan, yang mencirikan
perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang stratigrafi
sedimen Kuarter daerah Sangiran (Solo, Jawa Tengah), Trinil dan Mojokerto (Jawa
Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba
diperagakan dalam bentuk panel dan maket.
Sejarah pembentukan Danau Bandung yang melegenda itu ditampilkan dalam
bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan
tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya.
Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung
menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh
manusia prasejarah. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan
masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan.
Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil,
termasuk batubara dan minyak bumi, selain keadaan lingkungan-purba.
Lantai II, terbagi menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah,
dan ruang timur.
Ruang barat (dipakai oleh staf museum), sementara ruang tengah dan
ruang timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang
geologi untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang
terletak di Pegunungan Tengan Irian Jaya. Tambang terbuka Gransberg yang
mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar ton; dengan kandungan tembaga 1,02%,
emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang terbuka dan
tambang bawahtanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5
miliar ton. Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg
yang ditutup pada tahun 1988 merupakan situs geologi dan tambang yang dapat
dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa
contoh batuan asal Irian Jaya (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di
sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di
sini.
Museum Geologi |
Ruang Timur Terbagi menjadi tujuh ruangan kecil, yang kesemuanya
memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi
kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
Berbagai replika fosil manusia purba dipajang di Museum Geologi
Bandung. Replika yang paling terkenal adalah replika tengkorak manusia purba
jenis Homo erectus (manusia tegak).
Fosil ini ditemukan pada tahun 1969 di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.
Fosil ini memiliki ciri tinggi sekitar 2 m, isi otak yang bervolume 1.000 cc
atau 2,5 kali lebih besar dari volume otak gorila, orangutan, dan simpanse.
Fosil ini diperkirakan hidup pada 700-800 ribu tahun yang lalu.
Di ruang geologi Museum Geologi Bandung, dipamerkan maket yang
menjelaskan proses terbentuknya bumi dalam sistem tata surya. Di dalamnya
meliputi bentuk geologi negara Indonesia, lempeng-lempeng bumi aktif yang ada
di dunia maupun di Indonesia. Maket ini menjelaskan awal terbentuknya bumi
sebagai akibat dari peristiwa alam yang mengalami perkembangan sampai menjadi
strukrur bumi seperti sekarang. Maket mengenai proses terbentuknya gunung
berapi aktif juga bisa ditemui di Museum Geologi Bandung.
Fosil Stegodon trigonocephalus
atau gajah purba berkepala triagonal juga dipamerkan. Fosil hewan purba ini
ditemukan di daerah Jawa Timur. Memiliki panjang gading 4 m, tinggi 2,5 m, dan
merupakan gajah endemik Jawa. Ada juga kura-kura purba bernama Megalochelys cf. Sivalensis. Fosil
kura-kura purba ini ditemukan di Kali Glagah, Bumiayu, Jawa Timur dan
diprediksi berumur 1,7 juta tahun lalu. Akan tetapi, untuk fosil lengkap yang
ditemukan hanya Rhinocerus sondaicus desmavest.
Fosil ini ditemukan di daerah Jawa Timur dan merupakan nenek moyang badak
dengan usia satu juta tahun. Keturunan badak purba ini masih hidup di kawasan
Ujung Kulon, Banten.
Koleksi terbaru yang dipamerkan di Museum Geologi Bandung adalah
tengkorak manusia hobbit. Hobbit
adalah manusia kerdil atau kecil yang berasal dari pulau Flores dan hidup
jutaan tahun yang lalu. Hobbit ini merupakan jenis manusia purba modern yang
pernah hidup di Indonesia.
Museum Geologi kini telah menjadi objek pariwisata budaya (geologi)
yang relatif ramai dikunjungi oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat,
pada hari biasa maupun hari libur baik dari Bandung maupun luar Bandung.
No comments:
Post a Comment