Pages

Friday, July 20, 2012

Museum Geologi

Museum Geologi terletak tidak jauh dari Gedung Sate dan masih berada dalam satu kawasan bangunan-bangunan bersejarah. Gedung berada di sisi Jalan Diponegoro Nomor 57, yang termasuk ke dalam Kelurahan Cihaurgeulis, Kecamatan Coblong. Secara geografis berada pada koordinat 06ᵒ54'03,3" LS dan 107ᵒ37'16,9" BT. dan sekitar gedung kini telah banyak berdiri bangunan perkantoran, pemukiman, dan pertokoan. Untuk mencapainya relatif mudah melalui jalan raya dengan kondisi yang baik, menggunakan kendaraan pribadi roda empat atau dua ataupun menaiki kendaraan umum yang melewati kawasan ini relatif banyak.
Selain sebagai museum, difungsikan pula sebagai labolatorium geologi, dan sampai sekarang pemanfaatannya tetap sama sesuai fungsinya dan dikelola oleh Museum Geologi/Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dengan luas gedung ±3.617,08 m² dan luas kawasan ±8.342,52 m².
Gedung Museum berbatasan dengan, di sebelah utara: Jalan Surapati, timur: Gedung RRI, selatan: Jalan Diponegoro, barat: Jalan Sentot Alibasa. Koleksi Museum Geologi terdiri batuan dan mineral ±250.000 buah, koleksi fosil dan lain-lain ±60.000 buah. Museum Geologi merupakan museum terbesar koleksinya se-Asia Tenggara.
Flashback
Masa Penjajahan Belanda Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah nusantara. Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri di Belanda dapat ditunjang. Maka pada tahun 1850 dibentuklah Dienst van het Mijnwezen. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumber daya mineral.
Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan, dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum.
Museum Geologi
Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya art deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama sebelas bulan dengan tiga ratus pekerja serta menghabiskan dana sebesar empat ratus Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929. (AnneAhira.com/Wikipedia)
Museum ini dibangun pada tanggal 16 Mei 1928 masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, oleh arsitek Wnalda van Scholtwenburg, dan diresmikan setahun kemudian, 16 Mei 1929, yang bertepatan dengan Kongres Ilmu Pengetahuan se-Pasifik IV di Bandung. (AnneAhira.com/Disbudpar Jawa Barat)
Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada Perang Dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada tahun 1942. Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama Kogyo Zimusho. Setahun kemudian, berganti nama menjadi Chishitsu Chosacho.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indiës Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Tanjung Priuk, Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jalan Braga Nomor 3 dan Nomor 8, Bandung, pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama Geologische Dienst ditempat yang sama.
Di mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama empat tahun berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Museum Geologi: Litografi Museum di Masa Lalu
Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG), berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978-2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang).
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan Simposium Internasional tentang Museum Geologi.
Museum Geologi: Homo erectus
Present
Museum Geologi Bandung merupakan salah satu monumen bersejarah yang ada di provinsi Jawa Barat. Oleh sebab itu, museum ini berada di bawah pemeliharaan dan perlindungan pemerintah daerah. Di Museum Geologi Bandung tersimpan berbagai macam materi geologi yang berasal dari seluruh Indonesia berupa fosil-fosil purba, batuan-batuan bumi, dan mineral. Seluruh material tersebut dikumpulkan sejak tahun 1850 oleh ahli-ahli dari Eropa selama berada di Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Sejak tahun 2002 Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, dibentuklah dua seksi dan satu SubBag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan SubBag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan perananya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara lain penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.
Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
Lantai I, terbagi menjadi 3 ruang utama: Ruang Orientasi di bagian tengah, Ruang Sayap Barat dan Ruang Sayap Timur. Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Sementara, Ruang Sayap Barat, dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya, tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia; diwujudkan dalam bentuk maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi aktif, keadaan geologi Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya, fosil-fosil serta sejarah manusia menurut evolusi Darwin.
Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan susunan kristalografi dalam bentuk panel dan peraga asli. Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik, dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung-apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa gunung api aktif di Indonesia seperti Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi, dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunung Api Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata dalam lemari kaca.
Museum Geologi: Fosil Tyrannosaurus rex osborn
Ruang Sayap Timur Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari primitif hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling primitif pun belum ditemukan. Beberapa miliar tahun sesudahnya, disaat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil reptilia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa Mesozoikum Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus rex osborn (Jenis kadal buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8 ton. Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar tiga miliar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.
Kumpulan fosil tengkorak manusia-purba yang ditemukan di Indonesia (Homo erectus P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunkan, yang mencirikan perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangiran (Solo, Jawa Tengah), Trinil dan Mojokerto (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan maket.
Sejarah pembentukan Danau Bandung yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia prasejarah. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi, selain keadaan lingkungan-purba.
Lantai II, terbagi menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah, dan ruang timur.
Ruang barat (dipakai oleh staf museum), sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengan Irian Jaya. Tambang terbuka Gransberg yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawahtanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5 miliar ton. Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada tahun 1988 merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Museum Geologi
Ruang Timur Terbagi menjadi tujuh ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
Berbagai replika fosil manusia purba dipajang di Museum Geologi Bandung. Replika yang paling terkenal adalah replika tengkorak manusia purba jenis Homo erectus (manusia tegak). Fosil ini ditemukan pada tahun 1969 di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Fosil ini memiliki ciri tinggi sekitar 2 m, isi otak yang bervolume 1.000 cc atau 2,5 kali lebih besar dari volume otak gorila, orangutan, dan simpanse. Fosil ini diperkirakan hidup pada 700-800 ribu tahun yang lalu.
Di ruang geologi Museum Geologi Bandung, dipamerkan maket yang menjelaskan proses terbentuknya bumi dalam sistem tata surya. Di dalamnya meliputi bentuk geologi negara Indonesia, lempeng-lempeng bumi aktif yang ada di dunia maupun di Indonesia. Maket ini menjelaskan awal terbentuknya bumi sebagai akibat dari peristiwa alam yang mengalami perkembangan sampai menjadi strukrur bumi seperti sekarang. Maket mengenai proses terbentuknya gunung berapi aktif juga bisa ditemui di Museum Geologi Bandung.
Fosil Stegodon trigonocephalus atau gajah purba berkepala triagonal juga dipamerkan. Fosil hewan purba ini ditemukan di daerah Jawa Timur. Memiliki panjang gading 4 m, tinggi 2,5 m, dan merupakan gajah endemik Jawa. Ada juga kura-kura purba bernama Megalochelys cf. Sivalensis. Fosil kura-kura purba ini ditemukan di Kali Glagah, Bumiayu, Jawa Timur dan diprediksi berumur 1,7 juta tahun lalu. Akan tetapi, untuk fosil lengkap yang ditemukan hanya Rhinocerus sondaicus desmavest. Fosil ini ditemukan di daerah Jawa Timur dan merupakan nenek moyang badak dengan usia satu juta tahun. Keturunan badak purba ini masih hidup di kawasan Ujung Kulon, Banten.
Koleksi terbaru yang dipamerkan di Museum Geologi Bandung adalah tengkorak manusia hobbit. Hobbit adalah manusia kerdil atau kecil yang berasal dari pulau Flores dan hidup jutaan tahun yang lalu. Hobbit ini merupakan jenis manusia purba modern yang pernah hidup di Indonesia.
Museum Geologi kini telah menjadi objek pariwisata budaya (geologi) yang relatif ramai dikunjungi oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat, pada hari biasa maupun hari libur baik dari Bandung maupun luar Bandung.

No comments:

Post a Comment