Pages

Thursday, August 2, 2012

Observatorium Bosscha

Di ketinggian 1.320 m dpl, berdiri dengan anggun Observatorium Bosscha. Digunakan pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda selama ±2 tahun (1919-1922) yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia untuk menentukan lokasi yang tepat bagi peropongan bintang, maka terpilihnya area Observasi Bosscha ini. (Disbudpar Jawa Barat)
Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Tempat ini berada pada ketinggian 1.310 m dpl atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung. Kode observatorium Persatuan Astronomi Internasional untuk observatorium Bosscha adalah 299. (Wikipedia)
Observatorium Bosscha berdiri di atas tanah seluas 6 ha. Berada pada salah satu anak pegunungan Tangkuban Perahu, dengan ketinggian 1.300 m dpl, memiliki pemandangan yang lepas dari arah timur, barat atau pun selatan. Serta memiliki udara yang sejuk dan tenang (saat itu jauh dari keramaian kota). Tanah ini adalah buah kemurahan hati dari Ursone bersaudara, pemilik PT Baroe Adjak dihibahkan untuk observatorium yang awalnya bernama Bosscha Strennwach. Di lokasi sama, sebelumnya telah berdiri stasiun Meteorologi tempat penentuan koordinat di bumi, berdiri tahun 1895. Bekas perlengkapannya, seperti tower dan instalasi lainnya masih bisa disaksikan meski sudah tidak berfungsi lagi. (Bandung Heritage)
Observatorium Bosscha: Refraktor Ganda
Zeiss 60 cm
Observatorium Bosscha merupakan satu-satunya tempat di Jawa Barat yang dapat dijadikan sebagai pilihan wisata pendidikan, khususnya di bidang ilmu astronomi, selain itu obervatorium Bosscha merupakan situs/benda cagar budaya yang pemanfaatannya dari masa Hindia-Belanda hingga sekarang masih sama. Pengunjung dapat mengetahui bagaimana perkembangan sejarah ilmu perbintangan (astronomi) di Indonesia, khususnya Jawa Barat dan dapat menambah pengetahuan dengan melihat dan mengamati gugusan bintang-bintang. Letak observatorium Bosscha berada di daerah pegunungan di kawasan Lembang dengan lingkungan alam yang sejuk dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan datang berkunjung ke Bosscha.
Flashback
Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda pada 1 Januari 1923 hingga tahun 1928. Pada rapat pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di dalam rapat itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.
Momen bersejarah sekaligus pembuktian atas janji 'Ru' Bosscha, perintis berdirinya Nederlandh Indische Sterrenkundige (NISV) atau Perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda. Dalam Rapat pertamanya, 12 September 1920 di Hotel Homman Bandung, memutuskan membangun sebuah observatorium untuk memajukan ilmu astronomi Hindia-Belanda. Di pertemuan itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha nama Iengkapnya, berjanji memberikan bantuan pembelian teropong tercanggih kala itu.
Observatorium Bosscha: Refraktor Bamberg 37 cm
Refraktor dobel zeis, didatangkan 'Ru' Bosscha langsung dari Carl Zeiss Jena lengkap dengan Meridian circle dari Askania Werk, Jerman tahun 1921. Buah perjalanan keliling Eropa bersama Dr. J. Voute, astronom yang menjadi direktur pertama Observatorium Bosscha. Dalam rangka berkonsultasi dengan ahli astronomi dunia, sebelum melakukan pembelian teropong tersebut. Teleskop besar dengan buah refraktor berlensa obyektif 60 cm, terdiri atas teleskop fotografis teleskop visual, dikungkung dalam satu tabung berdiameter 1,66 m. Teleskop ini pada zamannya menduduki urutan ketiga di jenisnya, setelah Melborne 122 cm dan La Plata, 70 cm. Kemampuan pandangannya dapat menyapu hampir semua langit utara dan selatan.
Pada 7 Juni 1928 Teleskop besar teleskop Bamberg 37 cm, diserahkan  'Ru' Bosscha kepada Himpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda. Disaksikan langsung oleh Gubernur Jendaral  Nr. A.C.D. de Graeff. Bersamaan dengan itu, diserahkan pula bantuan subsidi dari Departemen Angkatan Laut  pemerintah Belanda guna membantu kelancaran pengoperasian observatorium sebesar Nf 18.000, jumlah yang sangat besar saat itu.
Namun, beberapa bulan setelah instalasi teleskop rampung. Kabut duka menyelimuti langit Bandung dan tatar Pasundan. K.A.R. Bosscha, preangerplanter (juragan perkebunan di tanah Priangan) yang peduli terhadap pendidikan dan kesejahteraan masyarakat tatar Pasundan itu, tidak sempat menyaksikan indahnya bintang-bintang dari observatorium yang di dirikannya. la tutup usia pada tanggal 26 November 1928, beberapa saat setelah dianugerahi penghargaan sebagai warga utama kota Bandung dengan upacara kebesaran yang dilakukan Gemente Bandung di Balai kota.
Observatorium Bosscha: Topografi Observatorium Bosscha Tahun
1900-1940
Untuk mengembangkan ilmu astronomi di Hindia Belanda. Atas jasa-jasanya, namanya diabadikan menjadi nama observatorium juga jalan di Bandung utara. Pada tahun 1933 Observatorium Bosscha telah berhasil melakukan publikasi internasionalnya. Namun berkecamuknya perang dunia kedua dan kemerdekaan, berakibat pada rusaknya Observatorium Bosscha. Akhirnya dihentikan sementara. Bahkan, Direkturnya A. de Sitter, putra Direktur observatorium di Leiden yang didirikan Kakek 'Ru' Bosscha, ditawan dan meninggal di kamp interniran Jepang di Cimahi.
Selepas perang, karena mengalami banyak kerusakan, berusaha diperbaiki oleh C.H. Hins dan astronom G.B. Van Albada atas perintah Prof. Dr. Jan Hendrik Oort astronom Leiden Belanda yang peduli terhadap kelangsungan Observatorium Bosscha. Berkat usaha keras mereka dan berbagai pihak lainnya, Observatorium Bosscha berhasil dioperasikan kembali secara normal. Tanggal, 17 Oktober 1951, NISV menyerahkannya pada pemerintah RI. Setelah Institute Teknologi Bandung berdiri tahun 1959, Bosscha menjadi bagian dari ITB. Sejak itu, Bosscha berfungsi sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan. 
Observatorium Bosscha: Petugas di Observatorium Bosscha
Selama Pemerintahan Hindia-Belanda
Present
Observatorium Bosscha adalah sebuah Lembaga Penelitian dengan program-program spesifik. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, obervatorium ini merupakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Sebagai bagian dari  Fakultas MIPA-ITB, Observatorium Bosscha memberikan layanan bagi pendidikan sarjana dan pascasarjana di ITB, khususnya bagi Program Studi Astronomi. Penelitian yang bersifat multidisiplin juga dilakukan di lembaga ini, misalnya di bidang optika, teknik instrumentasi dan kontrol, pengolahan data digital, dan lain-lain. Berdiri tahun 1923, Observatorium Bosscha bukan hanya observatorium tertua di Indonesia, tapi juga masih satu-satunya observatorium besar di Indonesia.
Dalam program pengabdian masyarakat, melalui ceramah, diskusi, dan kunjungan terpandu ke fasilitas teropong untuk melihat objek-objek langit, masyarakat diperkenalkan pada keindahan sekaligus deskripsi ilmiah alam raya. Dengan ini Observatorium Bosscha berperan sebagai lembaga ilmiah yang bukan hanya menjadi tempat berpikir dan bekerja para astronom profesional, tetapi juga merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi modern, Observatorium Bosscha berperan sebagai public good.
Kondisi kompleks peneropongan Bosscha relatif tidak berubah, seperti awal diresmikan. Bangunan kantor dan perpustakaan lengkap dengan kamar mandi, kamar gelap fotografi juga kamar pencatatan objek di sebelah selatan nyaris tak ada yang berubah. Begitupun rumah dinas Kepala Bosscha di sampingnya, terlihat asli diteduhi kerindangan pohon dan tanaman tumbuh di halaman yang luas.
Observatorium Bosscha: Tugu Bosscha
Di belakang kantor dan rumah dinas ke barat, terdapat bangunan rumah tempat bermalam para pengamat. Juga deretan rumah-rumah petak tempat pegawai observatorium tinggal bersama keluarganya. Yang terlihat baru adalah deretan rumah-rumah, dibangun penduduk di atas tanah milik observatorium sejak era reformasi tahun 1998 lalu. Di depan kantor terpisah jalan, tiga buah bangunan bersambung digunakan sebagai bengkel perbaikan, souvenir shop dan balai pertemuan berkafasitas empat puluh orang, sekaligus tempat presentasi dan menyimpan berbagai miniatur teropong. Juga patung dada K.A.R. Bosscha, pemberian Ratu Belanda, Wihelmina. Sebelumnya berada di atas tugu peresmian yang berada di luar, depan pos jaga observatorium
Di usianya kini, Observatorium Bosscha terus berupaya melakukan pengembangan, salah satunya pengembangan ke visual observatory lewat internet menggunakan fiber optik. Untuk pendidikan, menggalakan Olimpiade Astronomi untuk SMP dan SMU, guna meningkatkan kemampuan di bidang astronomi. Di tingkat Universitas, dikembangkan jaringan kerja sama antar kampus di Indonesia dan dibukanya program Magister (S2) dan S3 untuk astronomi.
Meskipun tidak memberikan bantuan pendanaan, peran pemerintah mengendalikan pembangunan, khususnya Bandung Utara menjadi sumbangan besar, guna terciptanya lingkungan kondusif bagi kelangsungan peneropongan Bosscha. Sekaligus bukti, kalau pemerintah ataupun masyarakat peduli dan turut memiliki Observa torium Bosscha. Sebuah cagar budaya bernilai tinggi, tidak hanya tempat wisata sejarah, tapi juga ilmu pengetahuan dan ruang angkasa yang berguna bagi kelangsungan generasi penerus bangsa.

No comments:

Post a Comment