Di ketinggian 1.320 m dpl, berdiri dengan anggun
Observatorium Bosscha. Digunakan pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda selama
±2 tahun (1919-1922) yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia untuk
menentukan lokasi yang tepat bagi peropongan bintang, maka terpilihnya area
Observasi Bosscha ini. (Disbudpar Jawa Barat)
Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang
tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa Barat,
sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis 107° 36'
Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Tempat ini berada pada ketinggian 1.310 m dpl atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung. Kode
observatorium Persatuan Astronomi Internasional untuk observatorium Bosscha
adalah 299. (Wikipedia)
Observatorium Bosscha berdiri di atas tanah seluas 6 ha. Berada pada
salah satu anak pegunungan Tangkuban Perahu, dengan ketinggian 1.300 m dpl, memiliki pemandangan yang lepas dari arah
timur, barat atau pun selatan. Serta memiliki udara yang sejuk dan tenang (saat
itu jauh dari keramaian kota). Tanah ini adalah buah kemurahan hati dari Ursone
bersaudara, pemilik PT Baroe Adjak dihibahkan untuk observatorium yang awalnya
bernama Bosscha Strennwach. Di lokasi
sama, sebelumnya telah berdiri stasiun Meteorologi tempat penentuan koordinat
di bumi, berdiri tahun 1895. Bekas perlengkapannya, seperti tower dan instalasi
lainnya masih bisa disaksikan meski sudah tidak berfungsi lagi. (Bandung
Heritage)
Observatorium Bosscha: Refraktor Ganda Zeiss 60 cm |
Observatorium Bosscha merupakan satu-satunya tempat di Jawa Barat yang
dapat dijadikan sebagai pilihan wisata pendidikan, khususnya di bidang ilmu
astronomi, selain itu obervatorium Bosscha merupakan situs/benda cagar budaya
yang pemanfaatannya dari masa Hindia-Belanda hingga sekarang masih sama.
Pengunjung dapat mengetahui bagaimana perkembangan sejarah ilmu perbintangan
(astronomi) di Indonesia, khususnya Jawa Barat dan dapat menambah pengetahuan
dengan melihat dan mengamati gugusan bintang-bintang. Letak observatorium
Bosscha berada di daerah pegunungan di kawasan Lembang dengan lingkungan alam
yang sejuk dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan datang berkunjung ke
Bosscha.
Flashback
Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun
oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan
Bintang Hindia Belanda pada 1 Januari 1923 hingga tahun 1928. Pada rapat
pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi
memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di dalam rapat itulah, Karel
Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia
menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian
teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam
pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama
observatorium ini.
Momen bersejarah sekaligus pembuktian atas janji 'Ru' Bosscha, perintis
berdirinya Nederlandh Indische Sterrenkundige (NISV) atau Perhimpunan Ilmu
Astronomi Hindia Belanda. Dalam Rapat pertamanya, 12 September 1920 di Hotel
Homman Bandung, memutuskan membangun sebuah observatorium untuk memajukan ilmu
astronomi Hindia-Belanda. Di pertemuan itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha nama
Iengkapnya, berjanji memberikan bantuan pembelian teropong tercanggih kala itu.
Observatorium Bosscha: Refraktor Bamberg 37 cm |
Refraktor dobel zeis,
didatangkan 'Ru' Bosscha langsung dari Carl
Zeiss Jena lengkap dengan Meridian
circle dari Askania Werk, Jerman tahun 1921. Buah perjalanan keliling Eropa
bersama Dr. J. Voute, astronom yang menjadi direktur pertama Observatorium
Bosscha. Dalam rangka berkonsultasi dengan ahli astronomi dunia, sebelum
melakukan pembelian teropong tersebut. Teleskop besar dengan buah refraktor
berlensa obyektif 60 cm, terdiri atas teleskop fotografis teleskop visual, dikungkung
dalam satu tabung berdiameter 1,66 m. Teleskop ini pada zamannya menduduki
urutan ketiga di jenisnya, setelah Melborne 122 cm dan La Plata, 70 cm.
Kemampuan pandangannya dapat menyapu hampir semua langit utara dan selatan.
Pada 7 Juni 1928 Teleskop besar teleskop Bamberg 37 cm, diserahkan 'Ru' Bosscha kepada Himpunan Ilmu Astronomi
Hindia Belanda. Disaksikan langsung oleh Gubernur Jendaral Nr. A.C.D. de Graeff. Bersamaan dengan itu,
diserahkan pula bantuan subsidi dari Departemen Angkatan Laut pemerintah Belanda guna membantu kelancaran
pengoperasian observatorium sebesar Nf 18.000, jumlah yang sangat besar saat
itu.
Namun, beberapa bulan setelah instalasi teleskop rampung. Kabut duka
menyelimuti langit Bandung dan tatar Pasundan. K.A.R. Bosscha, preangerplanter
(juragan perkebunan di tanah Priangan) yang peduli terhadap pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat tatar Pasundan itu, tidak sempat menyaksikan indahnya
bintang-bintang dari observatorium yang di dirikannya. la tutup usia pada
tanggal 26 November 1928, beberapa saat setelah dianugerahi penghargaan sebagai
warga utama kota Bandung dengan
upacara kebesaran yang dilakukan Gemente Bandung di Balai kota.
Observatorium Bosscha: Topografi Observatorium Bosscha Tahun 1900-1940 |
Untuk mengembangkan ilmu astronomi di Hindia Belanda. Atas
jasa-jasanya, namanya diabadikan menjadi nama observatorium juga jalan di Bandung
utara. Pada tahun 1933 Observatorium Bosscha telah berhasil melakukan publikasi
internasionalnya. Namun berkecamuknya perang dunia kedua dan kemerdekaan,
berakibat pada rusaknya Observatorium Bosscha. Akhirnya dihentikan sementara.
Bahkan, Direkturnya A. de Sitter, putra Direktur observatorium di Leiden yang
didirikan Kakek 'Ru' Bosscha, ditawan dan meninggal di kamp interniran Jepang
di Cimahi.
Selepas perang, karena mengalami banyak kerusakan, berusaha diperbaiki
oleh C.H. Hins dan astronom G.B. Van Albada atas perintah Prof. Dr. Jan Hendrik
Oort astronom Leiden Belanda yang peduli terhadap kelangsungan Observatorium
Bosscha. Berkat usaha keras mereka dan berbagai pihak lainnya, Observatorium
Bosscha berhasil dioperasikan kembali secara normal. Tanggal, 17 Oktober 1951,
NISV menyerahkannya pada pemerintah RI. Setelah Institute Teknologi Bandung
berdiri tahun 1959, Bosscha menjadi bagian dari ITB. Sejak itu, Bosscha
berfungsi sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di
Indonesia.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya
oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi oleh UU
Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah
menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang
harus diamankan.
Observatorium Bosscha: Petugas di Observatorium Bosscha Selama Pemerintahan Hindia-Belanda |
Present
Observatorium Bosscha adalah sebuah Lembaga Penelitian dengan
program-program spesifik. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung,
obervatorium ini merupakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu astronomi di
Indonesia. Sebagai bagian dari Fakultas
MIPA-ITB, Observatorium Bosscha memberikan layanan bagi pendidikan sarjana dan
pascasarjana di ITB, khususnya bagi Program Studi Astronomi. Penelitian yang
bersifat multidisiplin juga dilakukan di lembaga ini, misalnya di bidang
optika, teknik instrumentasi dan kontrol, pengolahan data digital, dan
lain-lain. Berdiri tahun 1923, Observatorium Bosscha bukan hanya observatorium
tertua di Indonesia, tapi juga masih satu-satunya observatorium besar di
Indonesia.
Dalam program pengabdian masyarakat, melalui ceramah, diskusi, dan
kunjungan terpandu ke fasilitas teropong untuk melihat objek-objek langit,
masyarakat diperkenalkan pada keindahan sekaligus deskripsi ilmiah alam raya.
Dengan ini Observatorium Bosscha berperan sebagai lembaga ilmiah yang bukan
hanya menjadi tempat berpikir dan bekerja para astronom profesional, tetapi
juga merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai sains.
Dalam terminologi ekonomi modern, Observatorium Bosscha berperan sebagai public good.
Kondisi kompleks peneropongan Bosscha relatif tidak berubah, seperti
awal diresmikan. Bangunan kantor dan perpustakaan lengkap dengan kamar mandi,
kamar gelap fotografi juga kamar pencatatan objek di sebelah selatan nyaris tak
ada yang berubah. Begitupun rumah dinas Kepala Bosscha di sampingnya, terlihat
asli diteduhi kerindangan pohon dan tanaman tumbuh di halaman yang luas.
Observatorium Bosscha: Tugu Bosscha |
Di belakang kantor dan rumah dinas ke barat, terdapat bangunan rumah
tempat bermalam para pengamat. Juga deretan rumah-rumah petak tempat pegawai
observatorium tinggal bersama keluarganya. Yang terlihat baru adalah deretan
rumah-rumah, dibangun penduduk di atas tanah milik observatorium sejak era
reformasi tahun 1998 lalu. Di depan kantor terpisah jalan, tiga buah bangunan
bersambung digunakan sebagai bengkel perbaikan, souvenir shop dan balai pertemuan berkafasitas empat puluh orang,
sekaligus tempat presentasi dan menyimpan berbagai miniatur teropong. Juga
patung dada K.A.R. Bosscha, pemberian Ratu Belanda, Wihelmina. Sebelumnya
berada di atas tugu peresmian yang berada di luar, depan pos jaga observatorium
Di usianya kini, Observatorium Bosscha terus berupaya melakukan
pengembangan, salah satunya pengembangan ke visual observatory lewat internet
menggunakan fiber optik. Untuk pendidikan, menggalakan Olimpiade Astronomi
untuk SMP dan SMU, guna meningkatkan kemampuan di bidang astronomi. Di tingkat
Universitas, dikembangkan jaringan kerja sama antar kampus di Indonesia dan
dibukanya program Magister (S2) dan S3 untuk astronomi.
Meskipun tidak memberikan bantuan pendanaan, peran pemerintah
mengendalikan pembangunan, khususnya Bandung Utara menjadi sumbangan besar,
guna terciptanya lingkungan kondusif bagi kelangsungan peneropongan Bosscha.
Sekaligus bukti, kalau pemerintah ataupun masyarakat peduli dan turut memiliki
Observa torium Bosscha. Sebuah cagar budaya bernilai tinggi, tidak hanya tempat
wisata sejarah, tapi juga ilmu pengetahuan dan ruang angkasa yang berguna bagi
kelangsungan generasi penerus bangsa.
No comments:
Post a Comment